Mahasiswa dan Islam: Ideal

Aku teringat peristiwa masa lalu. Reformasi 1998, menjadi awalku berfikir. Lalu, aku mundur jauh ke belakang dan teringat berbagai macam peristiwa sejarah yang mengubah wajah Indonesia bahkan dunia. Malari 1974, Tritura 1966, Penculikan Soekarno-Hatta 1945, Sumpah Pemuda 1928, Budi utomo 1908, dan berbagai macam peristiwa lain membawaku pada satu titik kesimpulan: Mahasiswa dan perubahan sosial. Ya, mahasiswa sebagai motor perubahan sosial.

****************

Mahasiswa, setidaknya terdapat dua kata yang melekat padanya: pemuda dan intelektual. Sebagai pemuda, mahasiswa memiliki banyak hal yang tidak dimiliki oleh generasi lainnya. Idealisme, ia menjadi bahan bakar utama seorang pemuda. Dengan idealisme itu seorang pemuda mampu hidup dan menghidupkan sekitarnya. Idealisme ini kemudian dibalut dalam gelora semangat, khas seorang pemuda. Ia seperti api yang tak pernah padam. Sebagai pemuda, mahasiswa memiliki kekuatan fisik dan daya kreativitas yang jauh melampau mereka yang sudah melalui fase muda. Sebagai pemuda pula, mahasiswa menjadi harapan kepemimpinan kaum muda di tengah kemunafikan dan kebobrokan kepemimpinan bangsa saat ini.

Intelektual, seperti yang digambarkan oleh Ali Syari’ati, adalah ia dengan tangan yang sama menuliskan ayat-ayat suci dari langit serta terbenam dalam genangan lumpur dan mengayunkan kayu untuk menyuburkan tanah yang kering, ia berdiri tegak memperjuangkan ayat-ayat Allah dan hak-hak masyarakat. Sebagai intelektual, mahasiswa menjadi menjadi rujukan zaman atas segala fenomena-fenomena sosial yang ada. Kecerdasan, kecemerlangan fikir, dan keluasan wawasan melekat erat pada erat mahasiswa. Ia hidup dan berkembang di lingkungan yang penuh akan kemajuan intelektualitas dengan diskusi-diskusi segarnya yang membangun peradaban. Ia akhirnya yang diharapkan mampu menyemai kebaikan bagi seluruh alam.

Mahasiswa, ini potensi kita yang pertama.

****************

Islam, menggambarkan pada kita dua hal utama: nilai dan transformasi. Islam adalah ad-Dien yang penuh nilai. Semua nilai kebaikan terangkum dalam Islam, baik sebagai sebuah keyakinan agama maupun sebagai sistem hidup. Nilai inilah yang membedakan Islam dengan isme-isme yang pernah ada di dunia.

Islam mengajarkan kita pada tentang sebuah transformasi total: kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam, dari sebuah ketakbermanfaatan menuju kebermanfaatan sempurna dan dari penghambahan terhadap makhluk menuju penghambaan total pada Dia yang satu, Allah SWT. Transformasi yang ada pun menyeluruh, dari transformasi individu, keluarga, masyarakat, negara hingga dunia. Jika ditarik satu garis lurus maka Islam adalah perubahan menuju kebaikan atau dengan bahasa yang lebih akrab ialah dakwah. Inilah titik tekan kita: dakwah.

Dakwah bukan hanya sebuah kewajiban sebagaimana yang Allah gambarkan dalam al Qur’an:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS 16: 125)

Dakwah sejatinya adalah sebuah kebutuhan. Kita semua butuh dakwah, baik posisi kita sebagai subjek dakwah maupun kita sebagai objek dakwah karena keimanan manusia acapkali naik dan acapkali turun.

Inilah potensi kita yang kedua: Islam

****************

Dua potensi inilah, mahasiswa dan Islam, menjadi kekuatan dahsyat yang mampu mengubah warna dunia. Dua potensi inilah yang harus digabung agar tidak hanya menjadi potensi internal semata. Dan di sinilah dakwah kampus memainkan perannya vital. Dengan dua peran utamanya, syiar Islam dan kaderisasi, dakwah kampus diharapkan mampu melahirkan insan-insan yang nantinya akan mengemban risalah dakwah Islam selanjutnya demi cita-cita utama kita: meraih ridha Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!