Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2011

Manusia, Cinta, dan Takdir Tuhan

Gambar
Cinta adalah bahasa paling primitif dalam sejarah hidup manusia. Cinta ada sejak manusia pertama ada. Adam dan Hawa saling mencinta. Hingga turun ke bumi dengan cinta. Lalu terpisah, hingga kembali disatukan di Jabal Rahmah, Bukit Cinta. Cinta dan manusia, seperti langit dan bumi. Langit cinta melindungi bumi manusia dengan kasih sayang. Begitulah cinta dan manusia sejak dulu. Tak ada cinta tanpa manusia. Tak ada manusia tanpa cinta. Cinta dan manusia. Hanya ada satu yang membatasinya. Seperti ada tabir tak tampak antara keduanya. Logika cinta dan logika manusia, tak mampu menerawang tabir ini. Ialah takdir Tuhan, skenario lakon antara cinta dan manusia. Takdir Tuhan lah yang membuat cinta begitu misterius. Hadir dalam bentuk dan waktu yang tak pernah terduga. Tiba-tiba saja, cinta memenuhi hati, merasuki jiwa. Tiba-tiba saja manusia terbuai cinta yang begitu memabukkan. Takdir Tuhan pula lah yang membuat cinta lenyap seketika. Pergi entah kemana dari diri manusia. Takdir Tuhan i

SANG PENCERAH GUNUNG MERAPI

Gambar
Penampilannya sederhana nan bersahaja. Ditengah ketaksempurnaan fisiknya, ia tetap beraktivitas seperti biasa, bahkan luar biasa. Prestasi dan karyanya begitu mempesona, begitu mencerahkan. Ahmad Tukiran Maulana adalah sosok inspiratif kita hari ini. Ahmad Tukiran Maulana atau akrab dengan sapaan Mas Maulana, dikenal sebagai da’i keliling kesehariannya. Penjaga moral Jogja adalah profesinya. Penggiat aktivitas pengajian merupakan rutinitasnya. Dan, hari ini kita coba mengenal tokoh kita ini dalam aktivitasnya yang berbeda: relawan kemanusiaan. Perkenalan penulis dengan beliau sebagai relawan kemanusiaan adalah saat terjadi tanah longsor di Karang Anyar tahun 2007 silam. Beliau bersama UKM dimana saya beraktivitas (Jama’ah Shalahuddin UGM) berpartisipasi dalam rangakain kegiatan bakti sosial. Sebelum saya berkuliah di UGM pun, menurut penuturan subjek langsung, beliau juga aktif sebagai relawan saat Gempa Bantul 2006. Dan gempa Padang setahun lalu pun menjadi saksi naluri kemanusiaa

Wanita Berjilbab Tapi Tingkah Lakunya Tidak Baik; Wanita Bertingkah Laku Baik Tapi Tidak Berjilbab. Pilih Mana?

Gambar
Semalam, di salah satu forum halaqah, ada sebuah pertanyaan menarik: "Mana yang lebih baik apakah menuntut ilmu tapi tersesat atau tidak menuntut ilmu sehingga tidak tersesat." Sesaat setelah pernyataan itu dilontarkan, saya teringat sebuah pertanyaan. Seperti pada judul tulisan ala kadarnya ini: "Pilih mana, wanita berjilbab tapi tingkah lakunya tidak baik atau wanita bertingkah laku baik tapi tidak berjilbab." Mencoba mengamati pertanyaan ini, saya mengkategorikan pertanyaan ini pada wilayah pilihan. Atau bahkan layak dimasukkan ke ranah fatwa sehingga kapasitas saya tidak mumpuni untuk menjawabnya. Namun, dengan ilmu saya yang pas-pasan ini, saya coba analisis pertanyaan ini dalam perspektif saya yang cukup dan memang nyeleneh ini. Okey . Bagi saya, pada pertanyaan ini, ada kesalahan logika dan penempatan di ruang waktu. Maka setidaknya ada dua kesalahan pada pertanyaan ini. Pertama , pertanyaan ini jika dirampung akan menjadi, kira-kira, begini: pilih mana

LUPA JAMA’I

Gambar
-Rame-rame lupa- Semalam ada seorang sahabat curhat ke saya. Tapi demi menjaga kehormatan dan harga diri, kita sebut saja sahabat saya ini sebagai Bunga (bukan nama sebenarnya). Bunga, seorang aktivis sebuah lembaga di sebuah kampus ternama di jogja (saya tidak bilang kalo di UGM lho), bercerita. Bunga dan beberapa temannya diamanahkan oleh pengurus harian di lembaganya untuk merancang format sebuah forum komunitas. Hari berganti hari, rampunglah amanah Bunga dan tim nya. Dikirimlah hasil berupa notulensi rapat ke salah seorang pengurus harian sebagai bentuk pelaporan. Hari kembali berganti hari. Bunga kembali beraktivis seperti biasa. Hingga suatu ketika Bunga bertemu seorang temannya (bukan pengurus harian, tapi sama-sama aktivis di lembaga yang sama) dan seperti biasa terjadilah percakapan diantara mereka. Tiba-tiba sampail ah percapakan mereka pada topik tentang forum komunitas itu. Perasaan sahabat saya ini tiba-tiba jadi nano-nano saat itu. Sedih, marah, kecewa, mangke

Cinta dan Sesuatu Setelah Kata

Gambar
Saying I love you Is not the words I want to hear from you It's not that I want you not to say But if you only knew How easy it would be to show me how you feel More than words is all you have to do to make it real Then you wouldn't have to say that you love me Cos I'd already know [More Than Word_Extreme/Westlife] Cinta adalah ekspresi paling primitif manusia yang pernah ada. Cinta ada, sejak pertama kali manusia diciptakan. Manusia dan cinta, seperti kata dan makna. Tanpa cinta, manusia tak bermakna. Dan hari ini, kita akan berbicara tentang cinta. Cinta adalah rasa. Ia hadir dalam gelora hati, gejolak jiwa. Cinta hadir seperti angin. Tak berwujud, tapi terasa energinya. Atau seperti al Qur’an yang menjelaskan, saat disebut namaNya yang kau cinta, bergetarlah hatimu karena dahsyatnya rasa. Atau seperti saat cinta menyapa, hatimu resah, jiwamu gundah. Dalam cinta, kita butuh bahasa. Diekspresikan dalam kata. Inilah alasan mengapa kita tiba-tiba menjadi pujangga dadakan