Kembali Pada Rasulullah


Kehidupan Rasulullah Saw memberikan kepada kita contoh-contoh mulia, baik sebagai pemuda Islam yang lurus perilakunya dan terpercaya di antara kaum dan juga kerabatnya, ataupun sebagai da’i kepada Allah dengan hikmah dan nasehat yang baik, yang mengerahkan segala kemampuan untuk menyampaikan risalahnya. Juga sebagai kepala negara yang mengatur segala urusan dengan cerdas dan bijaksana, sebagai suami teladan dan seorang ayah yang penuh kasih sayang, sebagai panglima perang ang mahir, sebagai negarawan yang pandai dan jujur, dan sebagai Muslim secara keseluruhan (kaffah) yang dapat melakukan secara imbang antara kewajiban beribadah kepada Allah dan bergaul dengan keluarga dan sahabatnya dengan baik.

Begitu pentingnya pemahaman akan Sirah Nabi sebagai gambaran kehidupan paling utuh, dimana nilai-nilai Islam saat itu direalisasikan dan diperjuangkan, maka sepertinya kita harus kembali pada Rasulillah. Kita harus kembali membuka lembaran shirah Nabi dalam kehidupan kita sebagai seorang Muslim dan seorang da’i. Setidaknya ada lima alasan utama mengapa kita harus kembali pada shirah Nabi.

Pertama, dengan kita mengkaji kembali Sirah Nabawiyah, kita akan mengetahui mengetahui detail kehidupan Rasulullah sebagaimana di awal pembahasan ini. Kita akan mengetahui bagaimana akhlak Rasulullah sebagaimana A’isyah menggambarkan akhlak Rasul sebagai Al Qur’an yang berjalan. Dan kita akan menjadikan solusi permasalahan itu dalam sebuah gerakan dakwah yang cerdas namun tetap militan.

Kedua, dengan ini kita dapat mengetahui peristiwa-peristiwa apa yang dialami Rasulullah, dimulai ketika kelahiran hingga wafatnya. Dengan demikian, kita dapat mencari hikmah tersembunyi dibalik tiap peristiwa yang ada. Pada akhirnya, kita akan mengkontekskan semua hikmah ini pada masa kini.

Ketiga, di zaman Rasulullah, problematika-problematika umat datang silih berganti, bahkan saling tumpuk menumpuk. Dan dengan bimbingan Allah, Rasulullah dengan baik mampu mnyelesaikan problematika demi problematika. Di zaman sekarang pun, problematika umat menjadi makanan kita sehari-hari. Oleh karena itu, dengan kita kembali pada shirah Nabi, diharapkan kita juga mampu menjadi problem solver sebagaimana Rasul dulu.

Keempat, dijelaskan dalam shirah, Rasullah dan para shahabat berdakwah dengan strategi yang jitu dan dengan tahapan-tahapan yang jelas. Dan ini dihasilakan dari analisis sosial lingkungan dakwah yang komprehensip. Demikian pula dakwah kekinian, sebagai da’I kita juga perlu melakukan pengkajian terkait kondisi objek dakwah kita sehingga kita mampu menelurkan strategi-strategi dawah yang jitu agar kemenangan dawah Islam semakin dekat.

Terakhir, dengan kita kembali mempelajari kembali sejarah dakwah Rasul maka diharapkan akan tertanamkannya nilai-nilai atau ”ruh” semangat dakwah aqidah Rasulullah Saw dalam diri pribadi, serta teraplikasikan dalam gerak dakwah. Dengannya, kita kembali bergairah dalam mengembalikan kejayaan Islam.

Itulah shirah Nabi. Itulah alasan mengapa kita harus mengkaji shirah Nabi. Jadi, tiada alasan bagi kita saat ini untuk tidak kembali pada rasulullah: kembali mengkaji shirah Nabi dalam dakwah Islam.



Sofiet Isa M. Setia Hati










sumber gambar: iloverasulullah.tumblr.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!