Analisis Sosial


Analisis sosial atau yang lebih akrab disapa ansos ini merupakan sebuah proses atau mekanisme yang akan membahas problematika-probelmatika yang terjadi pada sebuah objek analisa dan pada akhirnya akan menghasilkan apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan atas problematika-problematika tersebut. Dari sana, kita dapat menentukan apa sebenarnya yang dibutuhkan untuk dicarikan solusi yang tepat.

Inilah yang acapkali tidak dilalui oleh para problem solver. Mereka seringkali menghasilkan solusi atas problematika yang hadir bukan berdasarkan hasil analisis mendalam namun hanya bedasarkan dugaan yang argumentasinya lemah atau bahkan hanya berdasarkan pada kemauannya saja. Mungkin permasalahan yang nyata di lapangan akan terselesaikan, namun karena ia tak akan menyentuh sampai ke akarnya maka akan hadir permasalah-permasalah baru atau bahkan permasalahan yang nyata tersebut tidak hilang sama sekali.

Ada sebuah analogi yang tepat untuk menggambarkan bagaimana pentingnya analisis sosial. Ada seorang pasien yang berkonsultasi tentang sakit yang dideritanya kepada seorang dokter. Dokter tersebut lalu melakukan diagnosis. Berdasarkan hasil diagnosis diketahui bahwa ia menderita migrain. Dokter tersebut lalu memberikan sebuah resep berupa obat migrain. Lalu, setelah selang waktu tertentu, sembuhlah pasien tersebut. Namun, apa jadi jadinya jika sang dokter salah melakukan diagnosis dan menyatakan bahwa pasien menderita radang usus. Otomatis, resep yang diberikan adalah obat radang usus. Bukannya membuat pasien tersebut sembuh, malah mungkin akan muncul penyakit-penyakit baru.

Ada beberapa tahapan dalam melakukan analisis sosial. Berikut ini adalah tahapan-tahapannya.

Menetapkan segmentasi
Pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan segmentasi atau objek yang akan dianalisis. Jelaslah bahwa segmen yang hendak dianalisis adalah segmen yang dinilai memiliki permasalahan dan hendak dicarikan solusinya.

Identifikasi masalah
Sebelum melakukan identifikasi masalah, kita harus mampu mendefinisikan terlebih dahulu apa itu masalah dan kacamata apa yang kita gunakan ketika kita menyebutkan itu adalah sebuah masalah atau bukan. Masalah adalah segala realita yang bertolak belakang dengan idealita. Sedangkan kacamata apa yang kita gunakan akan sangat menentukan apakah sebuah fenomena sosial dapat dianggap sebagai masalah atau bukan karena jika berbeda kacamata mungkin pula akan berbeda hasilnya. Sebagi contoh adalah fenomena sosial tempat prostitusi. Jika kita menggunakan kacamata Islam, jelas bahwa adanya tempat prostitusi adalah sebuah masalah namun ini akan berbeda jika menggunakan kacamata pemerintah,. Jika tenpet prostitusi itu ternyata legal berdasarkan syarat-syarat yang berlaku maka itu bukanlah sebuah masalah.

Setelah itu, kita melakukan pengamatan terhadap fenomena-fenomena sosial yang nyata pada segmen kita. Kita tentukan apakah fenomena-fenomena tersebut adalah masalah berdasarkan kacamata yang kita pakai. Itulah identifikasi masalah.

Menemukan akar permasalahan
Ketika kita sudah mengidentifikasi masalah, carilah akar permasalahan dari setiap permasalahan yang ada. Tahap ini akan berbicara terkait apa sebenarnya yang menjadi pokok yang menyebabkan semua permasalahan itu dapat terjadi. Akar permasalahan inilah yang merupakan penyebab utama kenapa permasalahan-permasalahan itu terjadi.

Sebagai contoh kasus adalah sedikitnya jama’ah pada sholat berjama’ah di masjid. Dari masalah ini, akan kita cari akar demi akarnya hingga kita tidak mampu lagi menemukan akar permasalahannya. Ini adalah proses analisisnya yang didapatkan akar pokoknya yaitu masyarakat belum paham Islam secara menyeluruh

Hanya sedikit orang yang sholat berjama’ah di masjid → Masyarakat tidak terbiasa sholat berjama’ah di masjid → Masyarakat belum paham urgensi sholat berjama’ah → Masyarakat belum paham Islam secara menyeluruh

Perlu diingat dalam menemukan akar permasalahan bahwa kita tidak akan mempermasalahkan solusi yang tidak ada. Sebagai contoh adalah tidak adanya da’i bukanlah akar permasalahan dari sedikitnya jama’ah sholat karena da’i adalah solusi dan kita tidak pernah menjadikan solusi sebagai akar permasalahan.selain itu akan normal ketika hanya kita dapatkan sedikit akar permasalahan dari permasalahan-permasalahan yang terjadi karena sangat mungkin satu permasalahan dengan permasalahan yang lain memiliki akar yang sama.

Analisis kebutuhan
Berasarkan pada akar-akar permasalahan yang ada maka kita perlu melakukan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhan apa saja yang menjadi kebutuhan segment. Inilah yang dinamakan sebagai analisis kebutuhan. Sebagai contoh adalah kasus akar permaslahan di atas. Ada sebuah akar permasalahan yaitu masyarakat belum paham Islam secara menyeluruh. Ini berarti masyarakat membutuhkan pemahaman terhadap Islam yang menyeluruh. Inilah analisis kebutuhannya.
Menentukan alternatif penyelesaian
Dari kebutuhan-kebutuhan itu, kita diharapkan mampu menurunkannya menjadi solusi-solusi yang merupakan alternatif penyelesaian yang tepat. Ini merupaka tahap dimana kita harus mampu berfikir ekstra untuk menetukan penyelesaian apa yang tepat dari permasalah tersebut. Masih dengan contoh yang sama, dengan kebutuhan yaitu pemahaman terhadap Islam yang menyeluruh maka salah satu alternatif penyelesaianya adalah pembinaan rutin dan intensif.

Analisis SWOT dan analisis dampak
Analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan) yang dilakukan pada internal diri kita sebagai problem solver digunakan untuk melihat posisi kita apakah kita sanggup untuk menghadirkan solusi-solusi yang telah kita tetapkan sebelumnya atau tidak. Kekuatan internal dan peluang eksternal kita kita jadikan sebagai senjata untuk menghilangkan kelemahan internal dan hambatan eksternal. Sedangkan analisis dampak kita gunakan sebagai kacamata apa dampak yang akan terjadi terhadap segment dan internal kita jika kita menghadirkan solusi-solusi tersebut. Kita akan menentukan apakah solusi tersebut berdampak positif atau negative, berdampak signifikan dan efektif untuk melakukan perbaikan atau tidak. Seperti itulah analisis SWOT dan analisis dampak.

Menentukan penyelesaian akhir
Langkah terakhir adalah menentukan penyelesaian akhir yang dinilai mampu untuk kita lakukan sebagai seorang problem solver berdasarkan hasil analisis SWOT dan dampak tadi. mudahnya, kita akan memfilter alternatif penyelesaian mana saja yang dinilai sanggup kita lakukan dam berdampak positif dan signifikan perbaikannya. Sebagai contoh, kita mempunyai alternatif penyelesaian pembinaan rutin dan intensif. Jika kita tidak sanggup melakukannya, maka kita dapat menghapus solusi ini atau menurunkan tarafnya misal dari pembinaan rutin menjadi pembinaan yang sifatnya sesekali saja jika itu dinilai juga memiliki dampak yang positif. Inilah yang akan dibawa dalam tataran lapangan.

Semoga dengan proses ini akan hadir perbaikan yang tidak hanya akan menyelesaikan permasalahan yang berada pada kulitnya saja namun juga pada intinya. 



Sofiet Isa M. Setia Hati

sumber gambar: http://www.permeative.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!