Rekonstruksi Konsepsi Tauhid Kita


“Seluruh umat manusia kini berada dalam jurang kehancuran,” kata Sayyid Quthb dalam permulaan Petunjuk Jalan. Kehancuran akibat hilangnya nilai dari semua ideologi yang pernah dan sedang memimpin dunia. Nasionalisme, Liberalisme, Sosialisme, Marxisme, dsb pun gagal memimpin dunia akibat kekeringan nilai meskipun melimpah akan materi. Tapi, ada satu masa ketika dunia pernah kaya akan nilai dimana sebuah peradaban besar telah sukses mengejawantahkan sistemnya yang penuh akan nilai: Islam.

Generasi awal umat Islam dengan gemilang berhasil menurunkan kalimat Ilahiah menjadi bahasa peradaban manusia. Inilah generasi Qur’ani yang unik, generasi yang menerima Islam dengan paripurna melalui Qur’an yang diwahyukan dan Sunnah yang dicontohkan oleh Rasul.

Generasi ini berjaya bukan karena Rasul hidup ditengah-tengah mereka. Bukan. Bukankah Rasul diutus untuk umat hingga akhir zaman. Jadi, mustahil faktor keberadaan Rasul yang hidup di tengah-tengah sebuah gererasi menjadi faktor penentu. Generasi ini mampu berjaya sebagai sebuah konsekuensi logis akan interaksi mereka akan Qur’an yang diturunkan melalui Rasul. Ini lebih karena tiga faktor. Pertama, mereka tidak memiliki sumber pedoman hidup selain Qur’an sehingga mereka bersih akan konsep dan sistem selain sistemNya. Kedua, mereka tidak menjadikan Qur’an sebagai sumber ilmu, pengetahuan, ketenangan, maupun sumber keindahan meskipun didalamnya ada nilai-nilai ini. Namun, mereka menjadikan Qur’an sebagai suatu perintah yang harus dilaksanakan tanpa ada sanggahan sedikitpun. Ketiga, mereka dengan Qur’an itu mampu mengubah hidup secara total dari kejahiliahan menuju cahaya Ilahi.

Jika pioner kebangkitan umat menginginkan keberhasilan sebagaimana keberhasilan generasi pertama ini, mereka harus meneladani karakter pribadi dan karakter dakwah pada masa mereka. Qur'an Makki selama 13 tahun telah mengajarkan jalan dakwah bagi generasi pertama umat ini. Selama masa yang amat panjang ini Qur’an tidak pernah megajarkan generasi ini selain konsep aqidah dan Qur'an tidak melompat pada pembahasan lain, apalagi masalah cabang/furu'iyah bahkan syariat. Ini pula yang dijadikan seruan dakwah oleh Rasulullah, meskipun peluang mendapatkan perlawanan lebih besar dari pada dakwah lain. Rasulullah tidak mendakwahkan nasionalisme Arab, tidak pula keadilan sosial dan perbaikan moral. Meskipun ketiga hal terakhir ini peluangnya lebih besar untuk didukung orang-orang Arab, tetapi ia bisa menjadi Tuhan baru dan bersifat rapuh. Sedangkan aqidah, tauhid, ia akan terpatri kuat memberi daya dorong yang hebat, di samping itulah kebenaran hakiki yang harus menjadi pondasi setiap perubahan.

Inilah konsepsi tauhid. Konsep dimana seorang manusia akan dikembalikan pada Tuhannya dengan meniadakan nilai-nilai selainNya. Perubahan yang terjadi karena tauhid adalah perubahan revolusioner pada diri seseorang atau bangunan umat. Sebab perubahan Islam berarti peralihan dari mengikuti manhaj makhluk menuju manhaj Pencipta. Perubahan Islam berarti meninggalkan sistem produk manusia untuk memilih sistem ciptaan Allah. Perubahan Islam berarti mencampakkan hukum buatan hamba untuk merengkuh dan mengaplikasikan hukum Allah. Perubahan inilah yang akan memuliakan manusia, serta membawa mereka menuju rahmat, setelah hidup penuh dengan kehinaan dan kelemahan.

Inilah jalan yang diinginkan Allah terhadap tentara-tentaraNya. Sebuah transformasi total dari penghambaan terhadap makhluk dan ciptaannya menjadi penghambaan terhadap Allah semata. Tiada Pencipta dan Pengatur selain Allah. Tiada yang berhak diibadahi selainNya. Tiada kuasa selain kuasaNya. Tiada yang memiliki asma yang agung selain asmaNya.

Inilah jalan itu. Jalan yang menyatukan seluruh manusia dalam satu panji. Bukan panji kesukuan, panji kekerabatan, maupun panji nasionalisme sempit, melainkan panji Tauhid. Tauhid ini pula yang kemudian mengakar kuat dalam diri umat dan peradabannya menjadi suatu budaya yang penuh akan nilai tanpa harus meninggalkan identitasnya.

Inilah jalan itu. Jalan yang sengaja Allah pilihkan untuk hambanya yang kuat lagi beriman. Jalan yang dihiasi bukan dengan materi, kekuasaan, maupun pujian. Namun, jalan yang kemudian dihiasi dengan onak dan duri. Dan kita sebagai pioner kebangkitan itu hanya mampu berdoa sembari tawakal yang total kepada pemilik segala kekuasaan agar bumi ini kembali dihiasi dengan kalimat Tauhid. Laa ilaha illallah.


sumber: Petunjuk Jalan Karya Sayyid Quthb

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!

Tarbiyah Bukan PKS

Menuju Persatuan Gerak Gerakan Islam