Ketika Semua Sibuk (Sendiri)


Hari ini kutertegun, mungkin seperti Italia dan Prancis yang harus angkat koper lebih dahulu di PD 2010: Kalah Telak! Banyak shahabat yang menanyakan kepadaku tentang workshop RdK yang dibubarkan sebelum acara itu dimulai. Alasannya sederhana: sepi pengunjung (baca: tidak ada, kecuali satu dua). Ah, ini baru satu kasus.

Semakin sore perasaanku semakin beragam. Bangga, melihat adhek-adhek kecil ku di JS sangat semangat sekali (maaf, tidak sesuai EYD, tapi itulah faktanya) mengerjakan amanah-amanahnya. Tapi, (kita lanjutkan di paragraf selanjutnya ya)

Ketika semua sibuk sendiri, seperti judul tulisan ini, aku gamang. Hari ini, kulihat beberapa beberapa PH yang punya kesibukan masing-masing, entah apa. Yang jelas mereka sibuk masing-masing. Hari ini, BKK JS dan BKK SKI punya hajatan besar: forga kaderisasi di Pantai Pandansari, Bantul. Hari ini, semua bidang punya hajatannya masing-masing. Media Center sibuk (sendiri-sendiri) membendel boulevard yang setumpuk itu. BSO Dosha sibuk (sendiri-sendiri) menyebarkan publikasi Shalahuddin Collage ke sekolah-sekolah. DPS sibuk (sendiri-sendiri) menggelar TPA di desa mitra, Singlar. Ekstern sibuk (sendiri-sendiri) menyiapakan semua kebutuhan Seminar rokok besok: surat, spanduk, dkk. SC RDK sibuk (sendiri-sendiri) menyiapkan workshop yang akhirnya mereka (sendiri) yang membubarkannya. Mungkin hanya Kastrat dan FSLDK yang tidak terlihat sibuk (sendiri-sendiri), husnuzhannya mungkin karena mereka ahli dalam underground activity.

Wal hasil, semua terkesan bergerak sendiri-sendiri. Dan semua tahu apa hasilnya jika semua dikerjakan sendiri-sendiri. Dan sepertinya nama kita tetap sama, Jama’ah: Jama’ah shalahuddin. Jama’ah yang berarti satu kesatuan gerak, satu kesatuan cita, satu satu kesatuan resonansi.

Aku pun semakin iba dengan terus menyalahkan dua kawanku: komunikasi dan profesionalitas. Komunikasi yang akan bertemu pada kawanku lainnya: adab dan akhlak. Profesionalitas yang akan bertemu pada kawan lain: ihsan.

Hmm… yasudahlah…. Maaf kalau ada yang tersinggung. Sebaik-baiknya manusia pasti butuh manusia lain sebagai cermin yang akan merefleksikan sejauh apa kakinya melangkah, salah atau betul. Saling menasehati, saling mengingatkan.

Well, terakhir, teringat taujih ust Anis Matta: Kemenangan hari esok adalah cerita yang kita buat hari ini.


 Sofiet Isa M. Setia Hati

sumber gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZVPv008kO_f6T2PwqMgkaLKoPvVoZcG03_vdD_PwsejRrnajDrKd6ktqho0tXR-MFRXEUZIDmE6-LSyDHPEQ-QGnYDPhpOZJD5A1lgSqboboReOLzejf3X9zsUvFq4rKvQ2dKCI1EmqA/s320/puisi-bangsaindonesiabangsayangsibuk.jpg 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!

Tarbiyah Bukan PKS

Menuju Persatuan Gerak Gerakan Islam