Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Tentang Faridha

Gambar
Saya berkeyakinan, anak-anak sayap selatan Jl Tevesia No 1, Kampus Gama sudah mulai sebal dengan kelakukan kami, Forsat 07 JS UGM. Orang-orang macam saya, Dipta, Bowo, Nurul, dan kawan-kawannya. Entah karena kelebihan energi dan hormon. Entah kurang kerjaan dan butuh aktualisasi agar dicap eksis. Yang jelas, kami dianggap tidak bisa diam, tukang rusuh, dan banyak tingkah. Yang semua dapat dirangkum dalam satu kata: Kompor! Yang paling wah, dan mungkin akan kami sesali seumur hidup adalah menjadi kompor pemanas pelengseran JS-1 beberapa waktu lalu. Ah, forget it. Dan akhirnya saya berkesimpulan satu: bahwa satu-satunya jalan agar kami bisa diam dan tak utak atik JS adalah: menikah. So, mbok dicarikan. Anyway, perkenalkanlah satu kompor anyar kami. Namanya: Faridha, "Safari Kajasha (yang mengaku) Muda dalam Idul Adha." Sudah kali kedua gelaran Faridha kami selenggarakan. Tempatnya tetap, di sekitaran Kalibawang, Kulon Progo, DIY. Dan 4-5 Oktober esok adal

Makan tuh Cinta

Kalau satu waktu.. Anda pernah merasa, dan menganggap diri Anda adalah reinkarnasi jenderal kahyangan, Panglima Tiang Feng. Dan Anda adalah reinkarnasi ke-503, yang (sialnya), reinkarnasi ke-504 adalah menjadi Ti Pat Kay. Meratapi nasib, menanggung cinta yang deritanya tiada berakhir. Oh, man! Salam untuk Anda: "Makan tuh Cinta!"

Makan tuh Politik

Kalau Anda pernah menjilat kembali ludah sendiri. Berkata dan mendukung (mati-matian) A tentang politiknya Z. Lalu, partai anda memutuskan B tentang politiknya Z. Dan tiba-tiba seperti tak pernah ada hari kemaren: Anda berkata B tentang politiknya Z. Dan mendukung B (mati-matian) padahal ia berseberangan dengan A. Oh, man!  Anda layak diberikan salam: "Makan tuh Politik!"

Apa yang Kau Kejar?

Gambar
"Kerjarlah dunia, niscaya akhirat kan lari meninggalkanmu. Kejarlah akhirat, niscaya dunia dan akhirat kan tunduk padamu." ~ Adagium yang indah untuk menggambarkan lika-liku hamba Tuhan . Berjalan tak tentu arah, entah apa dan siapa yang dikejar. Untuk siapa dan mengapa harus dikejar.  Ada 2 mata kuliah. Yang pertama kamu pasti mendapatkan A. Pasti A. Yang kedua tak tentu. Hanya Tuhan dan dosen saja yang tahu. Lalu mana yang akan kau kejar? Dengan ikhtiar yang sungguh. Nalar yang paling tak nalar sekalipun pun akan sepakat. Tak perlu ngoyo mengejar yang pertama. Tak akan lari ia dikejar. Sementara, yang kedua lah yang menjadi sang tanda tanya. Ia yang jauh paling layak untuk kita kejar. Mati-matian. Pun dunia. Juga akhirat. Dunia: kehidupan, kematian, rizki, jodoh, celaka, bahagia. Ia sudah tertulis di Lauhul Mahfudz-Nya. Ia sudah pasti menjadi ketetapan atas kita. Tugas kita hanya menjemputnya. Karena ia pasti kan datang. Akhirat lah yang mister

.......Namanya Arya

Gambar
Namanya Arya (nama sebenarnya). Lebih dari 7 tahun saya mengenal (kekemploan)-nya. Dan kesendirian yang selalu menemaninya.  Dia orang hebat, kawan. Se-7 tahunan bersahabat dengannya, saya hanya menemukan satu kekurangannya: tidak punya kelebihan. Hahaha, damai! Mengaku bonek, tapi hampir nangis, teriak-teriak ketakutan masuk rumah hantu Jatim Park 1. Padahal baru 5 meter masuk. Cih! Berimajinasi (baca: mengkhayal) adalah keahliannya. Selain membuat desain yang ciamik, tentunya. Padahal, nasihat saya tetap sama: menghayal itu adalah pekerjaan orang-orang gagal dan menyerah. Anyway, saya tidak sedang ingin mengupas tentang Arya. Tapi kalau ada al-ukh yang berminat, silakan PM saya. Siapa tahu, kalian cocok. *benerin sarung *siapin kopiah *makcomblang kasta brahmana mode on Saya sedang ingin menuliskan satu dari sekian (sangat) sedikit perdebatan kami yang bermutu. Eh, tapi ini bermutu tidak sih? Yang tak (akan) pernah selesai untuk disimpulkan. Tentang: "Pern

Kita Dendelion

Gambar
Dendelion tak pernah menyesal menjadi dendelion.. Ia hanya hamba Tuhan yang ridha.. Tak pernah dikutukinya langit.. Yang membakar kerapuhannya dengan terik mentari.. Yang membasahinya dengan rerintik hujan, di tengah dinginnya kabut lembah sore itu.. Dendelion tak pernah menyesal menjadi dendelion.. Ia hanya hamba Tuhan yang berpasrah.. Tak pernah ia sumpah serapahi angin.. Yang menerbangkan bunga-bunga rapuhnya.. Yang membawanya terbang bersama harapan-harapan, di siang penuh nyanyian dedaun yang bersenggolan.. Dendelion tak pernah menyesal menjadi dendelion.. Ia hanya hamba Tuhan yang berserah diri.. Ia ikhlasi kemanapun angin meniupkan kehendak-Nya.. Mendamparkannya ke lautan, bebukitan, padang pasir nan tandus.. Atau, mempertemukannya dengan dendelion lain, untuk melanjutkan kehidupan yang serba baru.. Dendelion tak pernah menyesal menjadi dendelion.. Ia hanya hamba Tuhan yang berbaik sangka.. Ia tunduk patuh, melebarkan senyuman.. Maka, Tuhan menganu

Doa Mereka yang Berjarak

Gambar
Perpisahan itu memang menyedihkan. Namun dia tak akan membuatmu merasakan apapun kecuali kesedihan. Hanya kesedihan. Itu saja. Maka, yang kubenci dari perjumpaan bukanlah perpisahan. Namun, kerinduan setelahnya. Kerinduanlah yang menyakitkan. Sekaligus menyedihkan. Kala ia hadir menyelinap dalam doa terisakmu yang penuh harap. Kala ia menelusup dalam selimut hangat menjelang tidur malam mu. Kala ia tersenyum mengetuk pintu hatimu berkali-kali untuk kembali menyapa. Maka, benar apa kata Juliet pada Romeo: ".....parting is such sweet sorrow". Perpisahan itu kepedihan yang teramat manis untuk dikenang. Karena, perpisahan itu tak berjalan sendiri. Ia melangkah bersama kawan abadinya: kerinduan. Dan bagi mereka yang terpaksa menikmati manisnya takdir perpisahan. Dan bagi mereka yang memilih untuk berjarak. Dan bagi mereka yang memilih untuk menepi sejenak. Dan bagi mereka yang mengikhlaskan hanya bersua di ruang rindu. Perpisahan tiada bera

Kutipan Doa: "Aku siap menikah! ......dengan siapapun yang Allah pilihkan"

Gambar
Merekonstruksi perjalanan Khidir dan Musa. Mungkin adalah judul yang tepat untuk hikmah satu harian, pada beberapa hari lalu. Tapi saya bukan Musa, meskipun dapat sekelumit pelajaran (lebih tepatnya tamparan), hari itu. Dan saya sendirian, tidak bersama pemberi hikmah seperti Khidir. Saya hanya memilin hikmah otodidak dari akal saya yang suka nyeleneh. Ini tentang satu fase kehidupan. Setengah Agama. Yang saya pribadi entah kapan diperkenankan Allah untuk melangkah. Mungkin karena Dia paham, saya masih pada level, yang kata Cak Nun, terjangkiti "takhayul yang enak-enak tentang rumah tangga." Anyway, here it's. Semoga kita sama-sama mendapat hikmah. Rabbi anzilni mundzalan mubaarakan. ****** Menjelang Zuhur dalam sebuah penantian. Menanti Commuterline, maksudku. Seorang wanita berjilbab lebar, sebut saja Akhwat. Duduk di ujung peron stasiun Manggarai. Menanti Commuterline, juga. Sembari bertilawah. Masya Allah, shalihah betul. Lupakan dia. Mari me

Penyakit Gila No. 90

Gambar
  Dalam kamus besar Sofietopedia, setidaknya ada 189 jenis penyakit gila yang berhasil diidentifkasi. Penyakit gila no 1, dan ini yang paling akut adalah tergila-gila dengan cinta. Ah, memang jatuh cinta adalah masalah kejiwaan paling kronik dan most purba ever. Dan yang no 189 adalah penyakit dimana pengidapnya hobi komen dengan komentar "uhuk", "ehem", dan "ciee". Ah, mungkin orang gila macam ini, hanya lelah dan kurang piknik. Saya tidak membahas no 1 atau no 189. Saya akan membahas penyakit gila no 90. Apa itu? Penyakit gila mengejar sesuatu yang mustahil dan tidak realistis! Menarik membahas penyakit gila no 90 ini. Begini, kawan. Pengidap penyakit gila no 90 ini akan mengejar dan terus mengejar sesuatu yang (padahal) mereka sendiri sudah yakin hasilnya akan gagal. Atau setidaknya mustahil. Atau setidaknya tidak realistis untuk dikejar. Tapi mereka tetap mengejar. Dan tidak pernah putus asa mengejar apa yang dicitakannya. Mundur? Tidak ada dalam

Mendikte Tuhan

Gambar
Kita yakin kita mampu melakukan sesuatu. Kita yakin, cara kita benar. Pun kita yakin, kita lah yang paling mengerti serta memahami ini. Yang lain, bukan apa-apa dibanding kita. Namun, tetiba.. Ada anak kecil datang. Anak kemaren sore dan masih bau kencur itu tiba-tiba mengajari kita. Menyuruh kita melakukan ini (hanya) berdasarkan imajinya. Mendikte kita. Ah, sok sekali anak ini. Padahal, dia siapa (?). Ah, memang dia bukan siapa-siapa. Hanya sok tahu saja. Menyebalkan bukan? ******** Begitulah manusia.. pada Tuhan-nya. Manusia acap kali mendikte Allah yang Maha Besar. Seolah-olah kita lah yang lebih faham dan mengerti tentang kehidupan. Tentang apa yang buruk. Tentang apa yang baik. Dan tentang  apa yang terbaik untuk ditakdirkan bagi hamba-hambaNya. Mendikte Tuhan. Menuntut dan memaksaNya mengabulkan apa kita pinta dan apa yang kita mau. Berdasar (hanya) pada imaji kita yang kadang penuh syahwat. Padahal kita hanya hamba. Allah Tuhan-nya, yang Maha Agung dan Kuasa. S