Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Syair Kemenangan

Gambar
Kita melangkah, Berlari secepat yang kita bisa Melewati jalan, ujungnya tak tampak Tapi kita tetap percaya, yakin pada satu asa: Ada cahaya kemenangan di ujung sana Seperti kala Muhammad berkata, lantang, "Allahu Akbar, aku telah diberi kunci Syam Demi Allah, aku melihat istana merahnya sekarang" Sementara, musuh siap menerkam di seberang Dan laparnya hanya ditahan dengan ganjalan kerikil Dan kita percaya pada firman Tuhan "Bersama kesulitan, pasti ada kemudahan" Ya, peluhnya perjuangan hari ini, Akan terbayarkan lunas dengannya: Takdir kemenangan esok hari Dan kita juga percaya, Pada semua cerita sejarah anak manusia Tak pernah akan ada kemenangan, tanpa pengorbanan Tiap keringat, darah dan air mata yang tertumpah ke bumi Pasti akan menjadi penebus sebuah kemenangan Maka, di penghujung jalan panjang kita, "Tatkala datang pertolongan Allah dan kemenangan" "Bertasbih dengan memuji-Nya dan mohonlah ampun pada-Nya" Semoga Allah memberikan keteguha

Jakarta Kita

Gambar
Bukan gunung-gunung tinggi, menjulang Bukan pula hijaunya kebun-kebuh teh Atau sawah ladang yang semakin menguning Apalagi gemericik bunyi air terjun, indah Tapi tentang sebuah titik di bumi kita Tempat segala rasa beradu-padu Cerita: suka, duka, cita, dan... cinta Yang membawa gelora tuk selalu maju Dimana kita kan selalu begitu Menantang zaman yang makin tak toleran Melihat acuh dan tak pedulinya para individu Sembari melawan keras dan pahitnya peradaban Akankah kita masih diizinkan bertemu Dengan nuansa dan pesonanya, kelak Maka, yang kuharap hanyalah satu Semoga setelah hari ini kan ada hari esok Karena, aku kan segera kesana Kembali membawa segengam asa Mengejar bisik kemenangan yang makin membahana Menjemput takdir sejarah dari Yang Maha Kuasa Dengan izin Tuhan-ku, esok ku kan tiba Di sana, di Jakarta kita Graha XL, 3 November 2011, 10.20 Sofietisamashuri.blogspot.com

Mengikhtiarkan Keajaiban

Gambar
“Jika ini adalah ketetapan dari Allah, maka pergilah, karena Allah tak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya”. Dengan hati yang mantap, Hajar mengakhiri tanya-nya pada Ibrahim alaihis salam. Maka, berlalu lah Ibrahim alaihis salam meninggalkan Hajar dan Ismail kecil di sebuah lembah tandus tak bertuan, Mekkah. Waktu terus berlalu, sementara perbekalan telah habis dan Ismail kecil terus menangis karena dahaga dan laparnya. Di sebuah lembah tandus seperti Mekkah saat itu, rasa-rasanya mustahil menemukan air serta sumber penghidupan lainnya. Tapi, bagi Hajar, selagi masih ada Allah, maka (sekali lagi), Allah tak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya. Pergilah hajar mencari air. Berlari ia, dari bukit Shafa hingga bukit Marwa. Lalu, kembali dari bukit Marwa ke bukit Shafa. Begitu terus ia lakukan, berlari dari Shafa menuju Marwa dan kembali hingga tujuh kali ia lakukan itu tanpa henti. Namun, tak ada yang ia dapatkan. Tidak air, tidak pula makanan. Berhenti Hajar di titik kepayahann

Menjemput Kedewasaan

Gambar
Akhir-akhir ini aku dihadapkan oleh berbagai macam kisah dan cerita kehidupan tentang ini: kedewasaan. berbicara tentang ini, bagiku, kedewasaan tidak selalu terkait dengan tingkat usia atau tingkat kematangan biologis seseorang. Walaupun, kadang proses pendewasaan berawal dari sana. Kedewasaan bagiku sangat erat hubungannya dengan kebijaksanaan. Sementara kebijaksaan adalah proses yang matang dari sebuah kehidupan. Di sini lah tingkat usia berperan. Namun, bukan tingkat usia fisik sebagai penentunya, melainkan usia pengalaman hidup manusia. Karena memang, usia pengalaman seseorang tak selalu linier dengan usia fisiknya. Banyak dari manusia yang panjang usia fisiknya, tapi singkat usia pengalamannya. Tak banyak hal yang ia dapat dari tiap fragmen hidupnya. Miskin pengalaman ia. “Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa 3 baris kata yang dipahatkan di nisan kita: "Si Fulan lahir tanggal sekian-sekian, wafat tanggal sekian-se

Sebuah Tanya: Kisah Anak Ayam dan Sepasang Sepatu

Gambar
Mitos nenek moyang kita ini memang unik: larangan lelaki Jawa menikahi perempuan Sunda, atau sebaliknya, larangan lelaki Sunda menikahi perempuan Jawa. Hasrat Prabu Hayam Wuruk, Raja Majapahit saat itu, untuk menikahi Putri Pajajaran, Dyah Pitaloka, konon menjadi asal muasal mitos ini. Di Pesanggrahan Bubat, Negeri Majapahit, rombongan Raja Pajajaran, Prabu Linggabuana dan Putri Dyah Pitaloka beserta hulubalang Kerajaan Pajajaran yang telah menyambut lamaran Prabu Hayam Wuruk ini malah menemui hal sebaliknya. Pernikahan besar dua kerajaan Tanah Jawa ini malah dijadikan alat oleh Mahapahit Gadjah Mada untuk menekan Pajajaran agar tunduk Majapahit dengan Putri Dyah Pitaloka sebagai “tanda takluk”nya. Jelas, sebagai ksatria, Prabu Linggabuana tegas menolak. Maka terjadi lah pertempuran tak seimbang antara Majapahit dan Pajajaran yang kita kenal hingga kini sebagai perang bubat. Akibatnya, terbunuh lah Prabu Linggabuana dan Putri Dyah Pitaloka hingga muncul sumpah serapah, larangan pern

Mereka Yang Terluka Karena Cinta

Gambar
Apabila cinta memanggilmu Ikutilah dia, walau jalannya terjal berliku Dan apabila sayapnya merangkummu Pasrahlah serta menyerah, Walau pedang tersembunyi di sela sayapnya itu melukaimu Dan jika dia bicara padamu, percayalah walau ucapannya membuyarkan mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik pertamanan [Kahlil Gibran] Apik Gibran menggambarkan tentang cinta. Ya, cinta memang selalu mendua. Ia sanggup membumbungkan sang pecinta jauh ke puncak langit. Namun, ia juga tak segan melempar kembali sang pencinta, hingga jatuh ke bumi, tersungkur, lalu mati. “Begitulah cinta, deritanya tiada akhir”, kata Panglima Tian Feng, si Ti Pat Kai dalam serial Kera Sakti. Atau, seperti ibn Qayyim pernah berujar, “Sungguh menderita orang yang mencinta, jika jauh menangis karena ingin bertemu, jika dekat menangis karena takut berpisah.” Ah, rasa-rasanya cinta memang selalu seperti itu, sejak dulu. Kisah Layla Majnun menjadi kisah cinta paling dramatis dalam sejarah cinta umat manusia. Rome

Manusia, Cinta, dan Takdir Tuhan

Gambar
Cinta adalah bahasa paling primitif dalam sejarah hidup manusia. Cinta ada sejak manusia pertama ada. Adam dan Hawa saling mencinta. Hingga turun ke bumi dengan cinta. Lalu terpisah, hingga kembali disatukan di Jabal Rahmah, Bukit Cinta. Cinta dan manusia, seperti langit dan bumi. Langit cinta melindungi bumi manusia dengan kasih sayang. Begitulah cinta dan manusia sejak dulu. Tak ada cinta tanpa manusia. Tak ada manusia tanpa cinta. Cinta dan manusia. Hanya ada satu yang membatasinya. Seperti ada tabir tak tampak antara keduanya. Logika cinta dan logika manusia, tak mampu menerawang tabir ini. Ialah takdir Tuhan, skenario lakon antara cinta dan manusia. Takdir Tuhan lah yang membuat cinta begitu misterius. Hadir dalam bentuk dan waktu yang tak pernah terduga. Tiba-tiba saja, cinta memenuhi hati, merasuki jiwa. Tiba-tiba saja manusia terbuai cinta yang begitu memabukkan. Takdir Tuhan pula lah yang membuat cinta lenyap seketika. Pergi entah kemana dari diri manusia. Takdir Tuhan i

SANG PENCERAH GUNUNG MERAPI

Gambar
Penampilannya sederhana nan bersahaja. Ditengah ketaksempurnaan fisiknya, ia tetap beraktivitas seperti biasa, bahkan luar biasa. Prestasi dan karyanya begitu mempesona, begitu mencerahkan. Ahmad Tukiran Maulana adalah sosok inspiratif kita hari ini. Ahmad Tukiran Maulana atau akrab dengan sapaan Mas Maulana, dikenal sebagai da’i keliling kesehariannya. Penjaga moral Jogja adalah profesinya. Penggiat aktivitas pengajian merupakan rutinitasnya. Dan, hari ini kita coba mengenal tokoh kita ini dalam aktivitasnya yang berbeda: relawan kemanusiaan. Perkenalan penulis dengan beliau sebagai relawan kemanusiaan adalah saat terjadi tanah longsor di Karang Anyar tahun 2007 silam. Beliau bersama UKM dimana saya beraktivitas (Jama’ah Shalahuddin UGM) berpartisipasi dalam rangakain kegiatan bakti sosial. Sebelum saya berkuliah di UGM pun, menurut penuturan subjek langsung, beliau juga aktif sebagai relawan saat Gempa Bantul 2006. Dan gempa Padang setahun lalu pun menjadi saksi naluri kemanusiaa

Wanita Berjilbab Tapi Tingkah Lakunya Tidak Baik; Wanita Bertingkah Laku Baik Tapi Tidak Berjilbab. Pilih Mana?

Gambar
Semalam, di salah satu forum halaqah, ada sebuah pertanyaan menarik: "Mana yang lebih baik apakah menuntut ilmu tapi tersesat atau tidak menuntut ilmu sehingga tidak tersesat." Sesaat setelah pernyataan itu dilontarkan, saya teringat sebuah pertanyaan. Seperti pada judul tulisan ala kadarnya ini: "Pilih mana, wanita berjilbab tapi tingkah lakunya tidak baik atau wanita bertingkah laku baik tapi tidak berjilbab." Mencoba mengamati pertanyaan ini, saya mengkategorikan pertanyaan ini pada wilayah pilihan. Atau bahkan layak dimasukkan ke ranah fatwa sehingga kapasitas saya tidak mumpuni untuk menjawabnya. Namun, dengan ilmu saya yang pas-pasan ini, saya coba analisis pertanyaan ini dalam perspektif saya yang cukup dan memang nyeleneh ini. Okey . Bagi saya, pada pertanyaan ini, ada kesalahan logika dan penempatan di ruang waktu. Maka setidaknya ada dua kesalahan pada pertanyaan ini. Pertama , pertanyaan ini jika dirampung akan menjadi, kira-kira, begini: pilih mana

LUPA JAMA’I

Gambar
-Rame-rame lupa- Semalam ada seorang sahabat curhat ke saya. Tapi demi menjaga kehormatan dan harga diri, kita sebut saja sahabat saya ini sebagai Bunga (bukan nama sebenarnya). Bunga, seorang aktivis sebuah lembaga di sebuah kampus ternama di jogja (saya tidak bilang kalo di UGM lho), bercerita. Bunga dan beberapa temannya diamanahkan oleh pengurus harian di lembaganya untuk merancang format sebuah forum komunitas. Hari berganti hari, rampunglah amanah Bunga dan tim nya. Dikirimlah hasil berupa notulensi rapat ke salah seorang pengurus harian sebagai bentuk pelaporan. Hari kembali berganti hari. Bunga kembali beraktivis seperti biasa. Hingga suatu ketika Bunga bertemu seorang temannya (bukan pengurus harian, tapi sama-sama aktivis di lembaga yang sama) dan seperti biasa terjadilah percakapan diantara mereka. Tiba-tiba sampail ah percapakan mereka pada topik tentang forum komunitas itu. Perasaan sahabat saya ini tiba-tiba jadi nano-nano saat itu. Sedih, marah, kecewa, mangke

Cinta dan Sesuatu Setelah Kata

Gambar
Saying I love you Is not the words I want to hear from you It's not that I want you not to say But if you only knew How easy it would be to show me how you feel More than words is all you have to do to make it real Then you wouldn't have to say that you love me Cos I'd already know [More Than Word_Extreme/Westlife] Cinta adalah ekspresi paling primitif manusia yang pernah ada. Cinta ada, sejak pertama kali manusia diciptakan. Manusia dan cinta, seperti kata dan makna. Tanpa cinta, manusia tak bermakna. Dan hari ini, kita akan berbicara tentang cinta. Cinta adalah rasa. Ia hadir dalam gelora hati, gejolak jiwa. Cinta hadir seperti angin. Tak berwujud, tapi terasa energinya. Atau seperti al Qur’an yang menjelaskan, saat disebut namaNya yang kau cinta, bergetarlah hatimu karena dahsyatnya rasa. Atau seperti saat cinta menyapa, hatimu resah, jiwamu gundah. Dalam cinta, kita butuh bahasa. Diekspresikan dalam kata. Inilah alasan mengapa kita tiba-tiba menjadi pujangga dadakan

Beriman Sejenak

Gambar
“Oleh karenanya banyak para ikhwah itu mengeluh, datang ikut liqo tetapi iman tidak terasa bertambah. Bahkan pulang liqo, pusing kepala. Kalau dulu datang liqo, pulang, semangat keimanan membara, kecintaan kepada Allah SWT -subhanahu wata’ala-. Sehingga habis malam itu dihabiskan untuk sujud kepada Allah dan berdiri di hadapan Allah. Sekarang, karena terlalu larut malam membicarakan masalah agenda-agenda, pulang tengah malam, tidur, subuhpun lewat. Apakah begitu kader da’wah?” ***** Nasihat di atas disampaikan oleh Dr Daud Rasyid kepada kita semua, aktivis dakwah. Renungan ini seharusnya menjadi titik refleksi akan dakwah kita. Karena rasa-rasanya, memang seperti ini adanya. Seperti cerita al akh, yang bosan terhadap dakwah, akhirnya. Bukan karena apa-apa. Alasannya sederhana. Hari-harinya melulu diisi dengan tanya saudaranya, “bagaimana amanahnya?”, “ gimana acaranya, sudah dapat pembicaranya?”,”tempat acaranya sudah di- booking belum?”, “bagaimana dananya?”. Jumud dia. Rindu ia

Gairah Nikah Ala ADK

Gambar
"Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku!" (HR. Ibnu Majah) “Jodoh itu di ada tangan Tuhan, bro ” kata seorang fulan, “makanya, buruan diambil! Kalau nggak diambil, ya bakalan tetap di tangan Tuhan terus!” ia melengkapi. Menarik! ******** Hari berganti hari, waktu terus berjalan tak kenal henti. Saat usia makin menua sementara takdir cinta dari-Nya tak kunjung hadir dan menyapa. Keresahan lah yang muncul. Saat sahabat dan rekan se- liqa’at silih berganti memberi undangan bahagianya, sementara diri masih sibuk menimbang dan terus menimbang. Kegalauan pun melanda. Saat gairah makin membuncah, sementara nikah hanya angan dan mimpi belaka, meminjam istilah seorang guru, inilah impotensi! Cita tanpa daya dan tanpa kuasa. Ini fenomena. Mungkin hanya sebagian saja. Atau lebih mungkin lagi, adalah sebagian besar di kalangan aktivis. Aktivis dakwah kampus (ADK) khususnya. Nikah itu sunnah, juga syariah. Namun, saat hal itu hanya menjadi diksusi, ca

Majelis Syuro, Majelis Ilmu, dan Majelis Amal

Gambar
Ada banyak curhatan yang penulis dapatkan. Ada banyak kritik serta masukan yang penulis terima. Tentang aktivitas penulis dan sahabat-sahabat aktivis dakwah kampus. Tulisan ini mencoba untuk mengurai kembali catatan curhatan dan kritik yang terekam jelas di benak penulis. Satu waktu, ada seorang al akh yang bercerita, atau lebih tepatnya curhat. Kira-kira begini, “Kenapa ya, ada banyak waktu yang Allah berikan. Dari banyak waktu itu, sebagian besarnya kita habiskan untuk syuro, lalu syuro, dan ditutup dengan syuro. Seperti minum obat saja. Pagi, siang, sore, penuh dengan undangan syuro. Lalu, kapan amal dan ngajinya?” Atau, cerita-cerita berbeda namun dengan tipe yang sama. Ada mereka yang gemar menuntut ilmu, namun dipertanyakan komitmen amalnya. Atau, cerita tentang mereka yang beramal, beramal, dan terus beramal, namun tanpa ilmu dan perencanaan yang matang. Majelis syuro, majelis ilmu, dan majelis amal. Konteks majelis syuro adalah menyusun rencana strategis. Konteks majelis ilm

Balada Pengurus Harian

Gambar
Bapak bosan, nak Mengapa kau bertanya seperti itu Dan lagi-lagi bertanya itu, nak? Selalu saja, selalu! Kau tanya bapak tentang namamu Melulu, kau tanya mengapa Begini, begitu Tak habis-habisnya Menggumam, Menggerutu, Begitu saja kerjamu Dari dulu Atau mau kau ubah? Buat slametan, Lengkap dengan nasi merah putih Seperti mau hajatan! Sudahlah, trima saja ini Bapak namakan mu dengan itu Setelah semedi sepuluh tambah tiga hari Di tahun baru, di bukit penuh batu Bukankah indah namamu? Seperti itu, tertera dalam akte kelahiran Lagipula semua sudah setuju Pak RT, Pak RW, Pak Lurah sampai Pak Presiden Nak, bapakmu ini sudah tua Hanya bisa menamakanmu begitu Karena ada harapan, ada doa Di balik nama yang kau protesi itu Anakku, sayang Bapakmu ini ingin bercerita Tentang masa lalu yang terkenang Ini cerita bapakmu saat muda Dengarkan! Karena inilah bapak menamaimu Diam dan perhatikan, Jangan kabur dulu! Dulu, bapakmu ini pernah kagum Pada mereka yang tiap waktu berkarya Walau ma

Jama’ah Shalahuddin: Melawan Biasa!

Gambar
-Good is the enemy of great- Jim Collins 1976-2011, 36 tahun sudah Jama’ah Shalahuddin lahir dan berkembang serta mangambil bagian sebagai salah satu entitas dakwah, terutama dakwah kampus. Perjalanan panjang ini telah menjadikan Jama’ah Shalahuddin sebagai pionir dakwah kampus di Indonesia. Walhasil, pahit manisnya aktivitas dakwah sudah dirasakan semuanya, lengkap oleh Jama’ah Shalahuddin. Tak dapat dipungkiri memang, sebuah lembaga, apalagi yang telah puluhan tahun berkarya, mengalami pasang dan surut. Begitu pun Jama’ah Shalahuddin. Satu masa, Jama’ah Shalahuddin mampu berkarya dan berprestasi, namun di masa yang lain ia meredup. Konflik internal, gesekan eksternal, kebekuan gerakan, bahkan upaya pembubaran pernah Jama’ah Shalahuddin alami. Tapi, cukuplah 36 tahun menjadi bukti eksistensi Jama’ah Shalahuddin hingga saat ini. Jika kita hentikan sejenak romantisme sejarah Jama’ah Shalahuddin, lalu kembali duduk sembari mendiskusikan Jama’ah Shalahuddin kini dan masa depa