Kemajuan Semu Teknologi Informasi dan Telekomunikasi


Teknologi informasi dan telekomunikasi saat ini sedang mencapai puncak kemajuannya. Perkembangan yang begitu cepat menyebabkan seluruh penggunanya harus selalu meng-update setiap waktu. Setiap hari pasti akan lahir penemuan-penemuan terbaru dalam perkembangan dunia teknologi. Perangkat lunak dan perangkat keras sebagai basisnya serasa beradu cepat perkembangannya.

Di era 1970an, era dimana perkembangan dunia teknologi informasi bermula, komputer tercanggih di dunia “hanya” memiliki ukuran sebesar ruangan dan membutuhkan lebih dari satu juta dollar AS untuk membangunnya sementara kapasitas memori yang dimilikinya sangat terbatas. Ini ditambah dengan kerumitan dalam pembuatan parangkat lunak dimana sebuah program sederhana dibangun atas lebih dari ribuan punch card yang amat sangat rumit. Saat ini, kondisinya sangat berubah. Ukuran dan kapasitas sebuah perangkat keras semakin memanjakan para penggunanya. Ditambah lagi dengan kemudahan dalam aplikasi dan pembuatan perangkat lunak sehingga anak-anak dibawah umur pun mampu untuk membuat sebuah program yang rumit.

Begitupun halnya dengan kemajuan teknologi telekomunikasi. Sejarah telekomunikasi di dunia ini diawali dengan adanya penemuan telegraph tahun 1837 di Inggris, telegraph tahun 1845 di Perancis, dan Alexander Graham Bell memperkenalkan telepon pada bulan Maret 1876. Saat ini, kemajuan telekomunikasi telah mampu menghubungkan seluruh manusia di semua titik bumi dalam kasatuan waktu (real time).

Di samping itu, dunia kini menjadi saksi bagaimana teknologi menjadi tulang punggung kemajuan peraban sebuah bangsa. Tengok saja India. Negara dengan populasi terbesar ke-3 dunia ini semakin maju dan besar bukan karena Bollywood yang menyaingi Hollywood milik Amerika Serikat, namun karena kemajuan teknologi informasi yang paling cepat sedunia. Bayangkan perusahaan teknologi informasi terbesar, Microsoft, mayoritas diisi oleh pakar-pakar dari negeri Hindustan ini. Republik Rakyat China pun tak mau tertinggal oleh tetangganya, India. Kini, China dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia pun berhasil mematahkan dominasi teknologi Jepang dan Amerika Serikat. Produk-produk negeri Tiongkok kini mulai mengusur keberadaan raksasa teknologi terutama di bidang telekomunikasi semisal Sony Ericsson dan Nokia.

Ini semakin membuktikan bahwa kemajuan teknologi suatu negara akan berbanding lurus dengan kemajuan negara tersebut. Dan kini kita semua serasa dimanjakan dengan segala kemegahan dunia teknologi informasi dan telekomunikasi. Padahal, kenyataan yang terjadi di lapangan amat berbeda.

Teknologi dengan segala kemajuannya seharusnya hadir untuk mempermudah kerja manusia. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Kemajuan teknologi informasi dijadikan sebagai alat komersialisasi bagi raksasa-raksasa teknologi baik vendoor maupun distributor. Kapitalisasi dunia teknologi informasi dan telekomunikasi mau tak mau akhirnya terjadi. Teknologi hanya dijadiakan sebagai barang dagangan yang akan menghasilkan laba yang sangat besar dengan memanfaatkan konsumen yang awam akan teknologi.

Konsumen yang mayoritas buta akan teknologi membeli dan memanfaatkan produk teknologi bukan berdasarkan akan kebutuhan mereka namun lebih karena trend yang ada di masyarakat saat itu. Kecenderungan konsumen akan trend terbaru di dunia teknologi informasi dan telekomunikasi dimanfaatkan dengan baik oleh produsen, distributor dan media pemasaran. Para pemilik modal akhirnya berlindung di balik kemajuan teknologi untuk mengeruk keuntungan yang amat besar. Mereka terus mengembangkan teknologi dan membuat trend-trend terbaru untuk menipu masyarakat agar membeli produk mereka secara update. Yang terjadi kemudian adalah monopoli atas produk teknologi sehingga teknologi yang harusnya low fee atau bahkan free malah menjadi amat mahal dengan keuntungan yang berlipat-lipat tentunya. Inilah yang kemudian membuat kemajuan teknologi hanya menjadi kemajuan yang semu.

Contoh kasus yang nyata adalah tarif layanan pesan singkat atau SMS yang dinilai oleh Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia, YPKI, amat melampaui batas. Tarif SMS (sudah termasuk laba normal) seharusnya di bawah Rp 100,00 malah dinaikan berkali lipat hingga Rp 350,00 sekali SMS. Selain itu, monopoli Windows milik Microsoft terhadap sistem operasi sebuah komputer sangat perkasa. Mayoritas pengguna teknologi informasi menggunakan jasa Windows dengan harga yang sangat mahal (sekitar satu juta rupiah). Alhasil, pembajakan atas Windows seolah menjadi hal yang halal untuk dilakukan karena harga yang ditawarkan jauh lebih murah (sekitar puluhan ribu rupiah). Masih banyak lagi contoh kasus yang menggambarkan kapitalisasi teknologi.

Tidak ada yang harus dilakukan selain mengembalikan kembali kemajuan teknologi pada track yang benar dimana teknologi hadir untuk membuat mudah kehidupan manusia dengan biaya seminim mungkin. Gerakan-gerakan anti kapitalisasi harus segera digulirkan. Ada banyak hal yang dapat dilakukan baik oleh oleh pakar teknologi, pengguna teknologi, dan pemerintah. Program open source, pendidikan teknologi bagi masyarakat, pengawasan terhadap dunia industri teknologi, pengembangan dunia riset hingga regulasi pemerintah dapat dilakukan demi terwujudnya masyarakat yang melek teknologi dan teknologi yang memasyarakat.



Sofiet Isa M. Setia Hati

sumber gambar:noviandiaan.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!

Tarbiyah Bukan PKS

Menuju Persatuan Gerak Gerakan Islam