Catatan Studium Generale: Swaragama & Kedai Digital

Bersama Direktur Swaragama
Kuliah studium generale kali ini diadakan pada tanggal 14 November 2008 yang menghadirkan direktur swaragama, M. Amrullah. Beliau menceritakan bagaimana perjalanan karir beliau hingga mampu mendirikan dan membesarkan swaragama.
Swaragama merupakan radio yang dirintis oleh para mahasiswa jurusan teknik elektro dan saat itu M. Arullah juga bersama-sama merintisnya. Pertama kali swaragama memulai siarannya melalui sebuah ruangan yang berada di lantai empat gedung jurusan teknik elektro yang saat ini digunakan sebagai gudang. Awal-awal pendiriannya, swaragama mengalami masa-masa sulit. Masa dimana keuangan yang sulit, penyiar yang kurang dan masih banyak lagi tantangan yang hadir. Berkat ketekunan, swaragama berhasil bertahan menghadapi tantangan saat itu
Pada perkembangannya, para perintis swaragama melakuakan suatu langkah yang berani. Dengan mengajukan proposal proyek pendirian stasiun radio kampus kepada rektorat, para pencetus ide ini akhirnya mendapatkan uang sebesar 200 juta untuk membesarkan swaragama sebagai radio UGM. Dengan uang yang sangat besar itu, mereka diperintahkan pihak rektorat untuk menggarap proyek ini dengan serius. Akhirnya, swaragama memakai ruangan yang berada di perpustakaan upt sebagai markas kedua mereka. Di sinilah nama swaragama mulai naik daun engan M. amrullah ditunjuk sebagai direkturnya.
Kemajuan pesat swaragama adalah suatu wujud usaha yang luar biasa. Dimulai dari nol besar, kini swaragama mampu menjawab tantangan stasiun radio lainnya. Dahulu, swaragama “direndahkan” oleh sebuah stasiun radio lain, namun kini semua berkebalikan dan semua ini berkat ketekunan. Kini, swaragama dengan berbagai kreativitas dan inovasinya mampu menjadi salah satu stasiun radio terbesar di yogyakarta dan kini telah mencoba membuka cabang dengan segmentasi yang berbeda.
Ada hal bisa kita ambil pda kisah perjalanan karir seorang M. amrullah. Ketika sedang menyiapkan swaragama yang baru saja dirintis bersama rekan-rekannya, beliau ditawari untuk bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan gaji yang cukup besar. Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah karena beliau memiliki tanggung jawab yang besar untuk terus membersamai swaragama hingga besar.

Bersama Pemilik Kedai Digital
Kuliah studium generale kali ini diadakan pada tanggal 28 November 2008 yang menghadirkan pendiri sekaligus pemilik kedai digital, Saptuari Sugiharto S.Si. Beliau menceritakan bagaimana perjalanan karir beliau hingga mampu mendirikan dan membesarkan kedai digital.
Kedai digital merupakan sebuah unit usaha yang bergerak di bidang jasa printing dan cetak di atas benda-benda yang biasa kita temui, antara lain mug, jam, kaos, keramik. Dan bisnis ini dinilai sebagai bisnis yang pertama kali dangan manghadirkan sebuah inovasi dan kreatifitas yang luar biasa. Belum ada yang melirik jenis usaha ini sebelumnya.
Kisah perjalan saptuari dengan kedai digitalnya sangat menarik untuk dibahas. Bagaimana beliau memulai bisnisnya dari nol hingga mampu menlurkan ide menciptakan dan mengambangkan kedai digital. Beliau dengan gigihnya mampu mengubah yang terkesan ambisius menjadi suatu yang nyata.
Menjadi seorang anak yatim tak membuat saptuari menjadi pemuda yang mudah putus asa. Justru hal itulah yang terus mambakar smngatnya tuk berprestasi terutama di bidang entrepreneurship. Semenjak kuliah di fakultas geografi UGM, Saptuari talah memulai mengasah jiwa entrepreneurnya. Tanpa rasa malu, beliau mencoba berjualan berbagai macam barang, mulai dari stiker hingga berjualan celana di kampus. beliau juga pernah beternak ayam, bekerja sebagai staf marketing di radio Swaragama FM dan Telkomsel. Beliau menceritakan bagaimana luarbiasanya kisah beliau yang harus mengantar ayam sambil kuliah dan membawa celana dari Bandung untuk dijual di sela-sela kuliah. Namun, beliau tidak menyerah apalagi harus malu karena modal utama seorang pengusaha sukses adalah pantang menyerah dan menghilangkan rasa malu.
Begitulah kisah karir beliau sebelum mendirikan kedai digitalnya. Dan kini kita akan membahas bagaimana beliau mendirikan kedai digitalnya.
Dengan berbekal uang sebesar 28 juta rupiah hasil dari menggadaikan rumah milik keluarganya, beliau dengan luarbiasanya mencoba merintis bisnis yang masih asing saat itu. Beiau dengan memperkerjakan 3 orang pembantunya mulai merintis bisnis pencetakan pada benda-benda yang biasa digunakan sehari-hari (Contohnya mug, pin, gantungan kunci, jam dinding, mouse pad, T-shirt, tas kain, dan kalender) dan beliau menamainya kedai digital. Dengan outlet pertamanya berada di jalan gejayan, beliau bersama karyawan-karyawannya mencoba peruntungan nasib.
Baru mulai berkembang, ternyata cobaan datang mengahadang. Gempa bumi yogyakarta di pertengahan 2006 telah membuat usahanya berhenti sesaat. Peralatan yang digunakan untuk manjalankan usahanya seperti alat percetakan dan komputer rusak tertimpa bangunan. Alhasil, kerugian cukup besar didapatkannya. Namun, be;iau tidak menyerah saat itu. Beliau dengan kesabaran dan ketekunan berhasil merintis kembali usahanya. Dan luar biasa, usahanya kini menjadi besar.
Saat ini, beliau telah memperkerjakan sekitar 150 karyawan dan telah mampu memproduksi sekitar 60 jenis barang. Kedai digital kini telah membuka cabang di berbagai daerah. 13 cabang telah berdiri di berbagai kota, seperti di Yogyakarta, Semarang, Kebumen, Sukoharjo, Solo, Tuban, dan Pekanbaru. Selanjutnya tinggal menunggu waktu untuk berdiri di Sampit, Balikpapan, dan Magelang. Omzet yang dihasilkan dari bisnis ini tergolong besar. Ratusan juta diraupnya dalam sebulannya dengan omzet puluhan juta pada setiap outletnya.
Ada beberapa hal yang dapat kita petik dari perjalanan karis seorang saptuari, yaitu :
  • Mulailah berusaha semenjak dini. Asah kemampuan kita semenjak sekarang selagi masih ada kesempatan yang dianugerahkan kepada kita.
  • Selalu terbuka jalan untuk terus membuka usaha. Kesempatan itu selalu datang menghampiri kita. Jemputlah ia dan yakinlah bahwa harapan itu masih ada.
  • Persaingan itu pasti ada maka menangkanlah dengan menjaga kualitas usaha kita. Buatlah sesuatu yang mampu mambuat konsumen nyaman dengan pelayanan kita. Jangan lupa, buatlah sesuatu yang berbeda. Be creative.
  • Jangan lupa, kita hidup bukan hanya untuk mendapatkan dunia, tapi juga akhirat. Jadikanlah bisnis kita ini sebagi usaha yang manjaga nilai-nilai spiritualitas.

Disarikan dari kelas Studium Generale Teknik Elektro UGM, 2008

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!

Tarbiyah Bukan PKS

Menuju Persatuan Gerak Gerakan Islam