Penyakit Gila No. 90
Dalam kamus besar Sofietopedia, setidaknya ada 189 jenis penyakit gila yang berhasil diidentifkasi. Penyakit gila no 1, dan ini yang paling akut adalah tergila-gila dengan cinta. Ah, memang jatuh cinta adalah masalah kejiwaan paling kronik dan most purba ever. Dan yang no 189 adalah penyakit dimana pengidapnya hobi komen dengan komentar "uhuk", "ehem", dan "ciee". Ah, mungkin orang gila macam ini, hanya lelah dan kurang piknik.
Saya tidak membahas no 1 atau no 189. Saya akan membahas penyakit gila no 90. Apa itu?
Penyakit gila mengejar sesuatu yang mustahil dan tidak realistis!
Menarik membahas penyakit gila no 90 ini. Begini, kawan. Pengidap penyakit gila no 90 ini akan mengejar dan terus mengejar sesuatu yang (padahal) mereka sendiri sudah yakin hasilnya akan gagal. Atau setidaknya mustahil. Atau setidaknya tidak realistis untuk dikejar.
Tapi mereka tetap mengejar. Dan tidak pernah putus asa mengejar apa yang dicitakannya.
Mundur? Tidak ada dalam kamus mereka. Karena mundur, kata guru revolusi mereka 'Che', adalah sebuah pengkhianatan. Ya, pengkhianatan terhadap perasaan, isi hati, dan mimpi.
Satu-satunya yang menghentikan langkah mereka hanyalah benar-benar pintu telah tertutup. Entah karena "nafas mereka sudah habis" atau semacam istilah "janur sudah melengkung".
Mengikhtiarkan keajaiban Tuhan. Itulah semangat yang selalu mereka bawa. Dan selalu mereka jaga agar geloranya tak padam. Berikhtiar dengan sebaik-baiknya ikhtiar dan bertawakkal agar keajaiban dari Tuhan segera datang.
Kisah yang mereka suka dan selalu diulang-ulang adalah kisah Hajar (dan Ismail) mencari penghidupan di Mekkah yang gersang dan tandus. Saat bayi Ismail menangis kelaparan dan mereka hanya berdua saja manusia disana.
Berlarilah Hajar mencari apa yang dapat dimakan atau diminum untuk bayinya yang makin keras menangis. Dari bukit Shafa hingga bukit Marwa kembali ke Shafa. Tujuh kali! Tujuh kali, man!
Tiada apapun yang ditemukan. Tidak air, tidak pula makanan.
Bro, yee kan. Menurut loe nih ye. Kalau kita kehilangan dompet di sepanjang Jl Raya Condet, butuh berapa kali bolak-balik untuk memastikan dan meyakinkan bahwa dompet kita itu ada atau tidak? Kalau saya sih, dua kali sudah cukup.
Tidak bagi Hajar. Ia tidak hanya berikhitiar (saja). Ia seolah-olah berbicara pada Tuhan: "ini ikhtiar terbaikku, maka turunkanlah keajaibanMu."
Dan ajaib! Tidak di Shafa, tidak di Marwa, tidak diantara keduanya. Zam! Zam! Tuhan menjawabnya di antara kaki Ismail kecil.
Begitulah Tuhan dan memang selalu begitu. Dia akan karuniakan bagi hamba-hambaNya yang berikhtiar dan yang berprasangka baik padaNya. Bahwa, Dia akan "bekerja" dengan caraNya yang ajaib. Dan keajaiban itu datang dari arah yang tiada pernah disangka.
Itulah yang pengidap penyakit gila ini imani. Bahwa tugas mereka hanyalah bersungguh-sungguh seberapapun mustahilnya apa yang mereka ikhtiarkan itu. Dan biarlah Tuhan yang "menjahit" bagian-bagian yang perlu ditambal dari ikhtiar mereka dengan keajaibanNya.
Kalapun hasilnya seperti apa yang mereka duga (kegagalan), mereka tetap tersenyum. Namanya juga orang gila.
Saya tidak membahas no 1 atau no 189. Saya akan membahas penyakit gila no 90. Apa itu?
Penyakit gila mengejar sesuatu yang mustahil dan tidak realistis!
Menarik membahas penyakit gila no 90 ini. Begini, kawan. Pengidap penyakit gila no 90 ini akan mengejar dan terus mengejar sesuatu yang (padahal) mereka sendiri sudah yakin hasilnya akan gagal. Atau setidaknya mustahil. Atau setidaknya tidak realistis untuk dikejar.
Tapi mereka tetap mengejar. Dan tidak pernah putus asa mengejar apa yang dicitakannya.
Mundur? Tidak ada dalam kamus mereka. Karena mundur, kata guru revolusi mereka 'Che', adalah sebuah pengkhianatan. Ya, pengkhianatan terhadap perasaan, isi hati, dan mimpi.
Satu-satunya yang menghentikan langkah mereka hanyalah benar-benar pintu telah tertutup. Entah karena "nafas mereka sudah habis" atau semacam istilah "janur sudah melengkung".
Mengikhtiarkan keajaiban Tuhan. Itulah semangat yang selalu mereka bawa. Dan selalu mereka jaga agar geloranya tak padam. Berikhtiar dengan sebaik-baiknya ikhtiar dan bertawakkal agar keajaiban dari Tuhan segera datang.
Kisah yang mereka suka dan selalu diulang-ulang adalah kisah Hajar (dan Ismail) mencari penghidupan di Mekkah yang gersang dan tandus. Saat bayi Ismail menangis kelaparan dan mereka hanya berdua saja manusia disana.
Berlarilah Hajar mencari apa yang dapat dimakan atau diminum untuk bayinya yang makin keras menangis. Dari bukit Shafa hingga bukit Marwa kembali ke Shafa. Tujuh kali! Tujuh kali, man!
Tiada apapun yang ditemukan. Tidak air, tidak pula makanan.
Bro, yee kan. Menurut loe nih ye. Kalau kita kehilangan dompet di sepanjang Jl Raya Condet, butuh berapa kali bolak-balik untuk memastikan dan meyakinkan bahwa dompet kita itu ada atau tidak? Kalau saya sih, dua kali sudah cukup.
Tidak bagi Hajar. Ia tidak hanya berikhitiar (saja). Ia seolah-olah berbicara pada Tuhan: "ini ikhtiar terbaikku, maka turunkanlah keajaibanMu."
Dan ajaib! Tidak di Shafa, tidak di Marwa, tidak diantara keduanya. Zam! Zam! Tuhan menjawabnya di antara kaki Ismail kecil.
Begitulah Tuhan dan memang selalu begitu. Dia akan karuniakan bagi hamba-hambaNya yang berikhtiar dan yang berprasangka baik padaNya. Bahwa, Dia akan "bekerja" dengan caraNya yang ajaib. Dan keajaiban itu datang dari arah yang tiada pernah disangka.
Itulah yang pengidap penyakit gila ini imani. Bahwa tugas mereka hanyalah bersungguh-sungguh seberapapun mustahilnya apa yang mereka ikhtiarkan itu. Dan biarlah Tuhan yang "menjahit" bagian-bagian yang perlu ditambal dari ikhtiar mereka dengan keajaibanNya.
Kalapun hasilnya seperti apa yang mereka duga (kegagalan), mereka tetap tersenyum. Namanya juga orang gila.
Jakarta, 3 September 2014
Sofiet Isa M Setia Hati
Oh iya, penelitian terbaru saya menemukan varian penyakit gila paling (ter)akut: jogress antara penyakit gila no 1 dan no 90: penyakit gila no 190: Penyakit gila mengejar cinta yang mustahil dan tidak realistis!
Komentar
Posting Komentar