Kita Dendelion

Dendelion tak pernah menyesal menjadi dendelion..
Ia hanya hamba Tuhan yang ridha..

Tak pernah dikutukinya langit..
Yang membakar kerapuhannya dengan terik mentari..
Yang membasahinya dengan rerintik hujan,
di tengah dinginnya kabut lembah sore itu..

Dendelion tak pernah menyesal menjadi dendelion..
Ia hanya hamba Tuhan yang berpasrah..

Tak pernah ia sumpah serapahi angin..
Yang menerbangkan bunga-bunga rapuhnya..
Yang membawanya terbang bersama harapan-harapan,
di siang penuh nyanyian dedaun yang bersenggolan..

Dendelion tak pernah menyesal menjadi dendelion..
Ia hanya hamba Tuhan yang berserah diri..

Ia ikhlasi kemanapun angin meniupkan kehendak-Nya..
Mendamparkannya ke lautan, bebukitan, padang pasir nan tandus..
Atau, mempertemukannya dengan dendelion lain,
untuk melanjutkan kehidupan yang serba baru..

Dendelion tak pernah menyesal menjadi dendelion..
Ia hanya hamba Tuhan yang berbaik sangka..

Ia tunduk patuh, melebarkan senyuman..
Maka, Tuhan menganugrahinya, seperti untaian Ibn Mas'ud:
ketenangan dan kelapangan yang teramat,
ada di dalam rasa yakin dan ridha kepada-Nya..

*****
Kita Dendelion,
Maka biarlah angin takdirNya menerbangkan doa.. dan ci(n)ta



Jakarta, 13 September 2014
Sofiet Isa M Setia Hati


sumber gambar: wallpaper.download.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!