Putihkan Jakarta!

2004, Jakarta memutih. Warnanya memutihkan rimba Jakarta yang kusam. Memenangkan hati seperlima penghuninya.
Menjadi mayoritas. Memimpin ibukota dengan sifatnya yang putih.
Putih itu bersih. Dari kekotoran, dari kemunafikan. Dan tentu, bersih dari korupsi. Mungkin satu-satunya.
Putih itu juga peduli. Ada dimana-mana. Mereka  tak meminta. Tapi putih tetap hadir, melayani. Menjadi pertama.
Putih itu juga sederhana. Bersahaja. Saat Senayan layaknya showroom mobil mewah. Putih datang dengan kebersahajaannya. Memilih kijang  tahun kemerdekaan, atau bahkan bebek keluaran masa Jan Pieterszoon Coen.

2007, Jakarta masih memutih. Melawan 20 lebih warna lain. Putih tetap berjaya, walau hanya sendirian.
20 lawan 1, putih keok?
Walau hitungan angka putih kalah tipis. Tapi secara logika, putih tetap mendominasi. Putih  tetap berkibar perkasa.

2009, langit ibukota mulai membiru. Putihnya masih. Tapi biru mulai memekat. Berganti mendominasi.Biru ada dimana-mana.
Kampungku, juga tetiba membiru. Tembok dan tiang listrik yang dulu dominan iklan sedot WC kini juga membiru.
Gila, pikirku. Dari mana ini si biru. Tiba-tiba muncul, tiba-tiba berkibar. Makbedunduk!
Di pikirku, mungkin karena putih mulai membisu. Butuh byclin, sepertinya. agar ia kembali menjadi yang paling putih.

2012, Jakarta memerah. Putih buyar, biru bubar! Semua warna termerahkan.
Tiba-tiba Jakarta ramai dengan impor pemimpin yang belum tuntas. Ada yang di Senayan, Solo, hingga Palembang. Dan menang si merah.

2014, mulai mendekat. Kita tak tahu siapa akan mewarnai siapa. Entah putih kah. Entah biru kah. Entah merah kah. Entah kuning, abu-abu, belang-belang. Who knows?

Kita yang menentukan warna dan wajah ibukota  kita. Bukan mereka, bukan dia. Tapi kita.


-------titik hening-------


Kita yang menua, bersama kota ini. Dengan harapan-harapan. Suara-suara lirih. Irama perubahan. Tarian perbaikan.

Kita yang besar dan membesarkan kota ini. Masih  menaruh asa. Membumbungkan cita. Menitipkan bintang di langit Jakarta.

Jemari menari di atas keyboard. Menuliskan cerita yang disuka. Menjejak kata, mengabadikan harapan. Tentang Jakarta kita. Jakarta yang kembali putih.

Seperti hujan sepagi ini. Airnya melarutkan debu. Menghapus jejak keburukan. Memutihkan kota kita yang berlumpur dan busuk baunya.

Jakarta putih. Cerita yang akan kita ciptakan di 2014.  Mari putihkan Jakarta. Mari kembali membersamai keadilan (sejahtera).


Jakarta, 14 Maret 2014
Sofiet Isa Mashuri Setia Hati





Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!

Tarbiyah Bukan PKS

Menuju Persatuan Gerak Gerakan Islam