Aku, Kau, dan Sepatah Kata Cinta

Aku, Kau, dan Sepatah Kata Cinta
oleh: Adnan Dede Haris



1.    Saat tak seorang pun bisa diajak bicara. Aku terkadang bercerita pada segelas kopi, lalu menyeruput kesunyian dalam- dalam, menghirup pahit manis aroma kenangan.
 
2.    Hilangkan lelah kenangan tadi malam, seseorang bahkan masih terletih-letih di kamarnya. Lupa ia menyibakkan tirai airmata dan mematikan pelita rindu. Juga masih mabuk karena selintas senyummu dimimpinya lah penyebabnya.
 
3.    Dan bila ia telah lama jenuh menunggu, dan aku sudah lelah mencari, bagaimana kami kan kau pertemui?
 
4.    Perempuan adalah misteri, Mata perempuan saja sudah sedalam lautan, bayangkan sedalam apa hatinya.
 
5.    Ketika kau lihat dia sekarang, fikir jua lah dia seorang penghibur kesusahan, seorang yang tenang jiwa nya, seakan dia kau sangka tak punya beban hati. Tapi sebenarnya dia seorang pemenung, penghiba hati, batinnya bertarung diantara harapan kosong dan keinginan yang patah, suka menyisihkan diri ke sawah yang luas, suka merenungi wajah merapi, dan sering dia melamun seperti para perokok berat. Yah itulah, kau sedang memandangku !
 
6.    Cinta itu subjektif. Dan berpisah kadang jadi jalan yang paling objektif. Hanya kamu yang terlihat samar ; kau tak nyata. ! Kau siapa ?
 
7.    Terkadang bingung harus memilih mengenang apa hari ini. Jika cuaca sampai panas membakar akan membuatku mati kehausan rindu. Pun jika hujan gerimis turun menggenang lah ia di langit-langit dadaku sampai sesak.
 
8.    Sungguh. Setelah perempuan-perempuan ikut tidur bersama anaknya, setelah anak muda selesai mengaji di surau, setelah ayam masuk kandang, setelah semua lampu dipadamkan, setelah tikus dimangsa burung hantu, dan nasi makan malam telah dingin, dia masih terpaku melihatkan bulan terang benderang, bulan di antara tanggal 15 dan 16. Dia ajak alam besar itu bertutur, percakapan jiwanya sendiri, seakan mengadukan nasibnya yang malang, yang patut alam itu ikut meratapinya
 
9.    Jalanan basah, rerintik gerimis, purnama bercahaya, aku dan kamu saling melempar senyum, berjalan bergandengan dalam khayalan.
 
10.    Lalu pada malam itu, naik lah dua doa permohonan gaib ; sedang engkau terisak meminta aku agar hilang dari hatimu, dan aku hanya meminta padaNYA dengan sisa cahaya yang redup disana. Lalu tuhan pun menertawakan..
 
11.    Dilembaran hari yang mana dariku kau akan berhenti bersembunyi? Aku takut jika akhirnya aku terbiasa sendiri lalu berhenti mencari.
 
12.    Hanya menjadi tissu penyeka air mata yang mengkristal di pipimu saat kau menangis, lalu kau buang di sudut gelap hatimu. Ah, sial. Sekarang kemana harus ku cari penghapus kesepian saat ku butuh. Engkau ?
 
13.    Terimakasih, hanya dengan ber 'Hai.'saja kenangan selama apapun akan terobati.sepert i musafir gurun pasir yang hanya diberi segelas air saja.meskipun belum cukup sembuh ternyata.
 
14.    Kau begitu langit yang jauh terengkuh. setetes gerimis rindu malam ini hanya mengingat kau tersenyum, aku meleleh. kau menangis, aku sakit. Sial.
 
15.    Untuk jodohku yang disana, cantik dan kaya juga tidak apa. Asalkan sholehah dan terimaku seadanya. Selamat malam minggu saya(ng). aku single, Kamu siapa ??
 
16.    Bunga yang bermekaran dipinggir jalan juga mulai ikut berganti. Aku masih berfikir apa nama bunga yang bermekar di musim itu.? Ah, bukan urusanku sekarang. Yang jelas aku ingat saat tertiup angin dulu, bergemetar tanganku mengingat harumnya yang memabukkan rindu..
 
17.    Bukanlah maksud. jangan tersenyum seperti itu padaku, aku tak mau separuh hatimu jatuh tertinggal disini. Mewariskan benih yang nantinya terkadung menjadi cinta dan rindu.
 
18.    Kau dilahirkan dengan kemampuan untuk terbang setelah jatuh. Tapi kenapa kau memilih untuk merangkak setelah itu?
 
19.    Bermacam-macam perasaan yang bergelora hebat semalam itu dan jiwa nya ganjil, beraneka warna; bercampur diantara cinta dan takut, kesenangan pikiran dan kesedihan, bertempur di antara pengharapan yang besar dan keinginan yang dirasakan patah. Dalam dia menangis, tiba-tiba berganti tersenyum. Dalam senyum dia kembali mengeluh panjang. Entahlah, dia sendiripun masih ragu. Padahal biasanya senyuman dan air mata itu adalah dua musuh yang tak mau berdamai.
 
20.    Nanti, pada waktunya, aku akan menjadi ayah, kakak, teman, suami, kekasih, imam dan segala peran yang kau butuh agar nyaman. Percayakan saja padaku, bila kau mau, pasti ku mampu..
 
21.    Rindu barangkali deret harap yang patah di lelah penantianmu. Sedangkan cinta, mungkin ia hanyalah sinonim dari sesuatu yang telah lama hilang. Sama saja....
 
22.    Kadang aku ingin menjadi seekor semut, yang mati bahagia saat coba meraih ujung senyum manismu, manisku.
 
23.    Kau lah entah yang belum juga mampu ku jamah, sedangkan aku pengembara yang mulai lelah, bersandar pada doa-doa yang tabah.
 
24.    Bila kau, ragu yang menggantung di ujung dedaun itu. Maka doaku pastilah reranting, yang menahanmu dari jatuh, memelukmu dari jauh.
 
25.    Bulan sabit, secangkir cappucino dan sebuah file curian bernama '428214_n.JPG'. Ah, maaf. Belum sempat kuganti menjadi 'KAU.jpg'..
 
26.    Namanya senja. Dia kawan untuk mengenangmu saat ini. Tapi dia bisu meskipun aku terus berceloteh tentangmu. Hanya gerimis di matanya yang berkilauan dan mengkristal.
 
27.    Ingin menjadi korek api.Walau tak mampu menyala sendiri, setidaknya mungkin dapat menawarimu hangat, saat kau merasa sepi dalam dingin yang pekat. Saat mentari pagi datang terlambat.
 
28.    Ketika jatuh cinta, akan ada satu nama yang mengencangkan debar jantungmu. Saat terluka, nama itu meloncat ke paru-paru, mencekik, menyesakkan seluruh hela napas di dadamu.
 
29.    Masih berusaha keras untuk "menjadi diri Anda"? Mengapa Anda tidak menerima permintaan saya untuk "menjadi milikku". Itulah lebih mudah
 
30.    Adalah kau, pelita yang pudarkan gulita. Seseorang yang selalu kupinta dalam doa-doa, yang masih Tuhan jaga, hingga akhirnya nanti kita bersama.
 
31.    Aku melihat kebahagiaanmu seperti melihat pelangi. Cahaya yang berada diatas kepala orang lain. Dan aku pun terusir menjadi bayanganmu.
 
32.     Terimakasih telah menjadi alasan ku untuk senyum-senyum sendirian
 
33.    Bagaimana bisa, menahan rindu yang terus terasakan, layaknya jemuran yang terus menerus tersiram air hujan, dan akhirnya ia meneteskan.
 
34.    Malam ini, tak ada kopi, pun tak ada roti. Melainkan kicauan lelaki mensyairkan bait demi bait puisi. Selamat malam (maaf) putri perindu hati.
 
35.    Semua terkadang tentang kamu, Rindu. Tentang bagaimana aku mendengarkan, meskipun ada saja yang diabaikan. Oh ya, satu lagi, Aku siapa?
 
36.    Ingin rasanya ku utarakan kepada Tuhan, betapa terusnya aku menjadi pungguk yang hanya merindukan bulan, yang tak bertepi namun tak terbalaskan. Seperti elang malam yang mengusik kesepian malam di dahan yang hampir terpatahkan.
 
37.    Aku telah terbaring di padang rumput berbunga putih kecil, Memandang langit yang sepertinya sangat dekat. Bernapas sesuka hati, mengangkat tangan meraih awan. Dan lalu tersadar langit itu masih saja jauh, Kemudian tertawa..
 
38.    Ternyata bukan hanya aku. Bintang pun sekiranya kesepian karena tidak ada orang yang mengharapkannya malam ini. Dan kita pun masih di lahirkan di langit yang sama. Aneh sekali.
 
39.    Maka selain dan beberapa alinea kata yang telah ku janjikan, kiranya ku baca isyarat darimu bahwa hadirku tak lagi kau butuhkan.
 
40.    Yang mengintip hatimu selalu aku, dan yang mengintip hidupku hanya ajal.
 
41.    kita seperti kembang api, naik ke atas langit, bercahaya, dan yang pasti akan bertebaran berpisah. kalau ketika saat itu tiba, kau tidaklah perlu lenyap seperti kembang api, tetaplah bercahaya di atas langit hati sampai kapanpun.
 
42.    Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis, suaramu abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.
 
43.    Dan Bolehkah aku duduk di sampingmu, menyandarkan kepalamu ke bahuku, menikmati indahnya senja hingga akhirnya aku tersadar dari lamunanku ?
 
44.    Kau hanya melihat satu pohon saja. Tidak melihat seluruh hutan. Jangan pertanyakan berapa banyak rindu ku padamu, jelajahi seluruhnya, maka kau akan dapatkan jawabannya.
 
45.    Bagaimana rasanya mendengarkan cerita dari dia yang kita sayang tentang dia yang dia saying?
 
46.    Keinginan tuk bisa mendapatkanmu telah melampaui batas ketabahan doa-doaku melintasi waktu. Kini kau cukup ku simpan di mimpi saja.
 
47.    Kau belajar menanak nasi denganku, namun kemudian pergi membeli rice cooker dengan yang lain. Bedebah memang.
 
48.    Hujan tak juga reda, seseorang yang biasa kusebut 'aku' saat berbicara denganmu, sedang melamun di balik jendela, berharap kau menyapa, sebelum rindunya kadaluarsa.
 
49.    Ada dua makna dalam gerimis, Hujan, dan 'I miss..'
 
50.    Kesedihan itu; mengecil jika dirahasiakan; membesar jika dikeluhkesahkan; terurai jika diadukan pada Allah; merumit jika diumbar pada manusia.
 
51.    Tujuan hilang, jalanan sepi. Datang dan bawalah aku pergi, hanya itu doaku. Perlindunganmu, kau miliku, berkatilah aku dengan doamu. Beri aku alasan baru, mimpi untuk sayapku terbang. apa kau mendengar?
 
52.    Ku kenali hatiku sendiri. Kadang tampak begitu kuat meski rapuh tak ayal selalu menyentuh. ini lah hidup dimana keabadian itu takkan pernah ada, karena semuanya akan pergi dengan cara yang manis ataupun pahit. terserah..
 
53.    Malam kemarin, kita berdua, seperti biasa. Ke puncak gunung dan dasar lembah, di mana kau hunuskan pedangmu dan kuayunkan perisaiku. Lalu kita tenggelam dalam petualangan mencekam yang merebut nafas dan mendebarkan jantung, penuh gairah dan cinta. Lagi dan lagi, tanpa jeda, sampai kepuasan menjemput dan setiap rasa di benak terekam tanpa cela. Sampai setiap irama hati terbuai lelap dalam perhelatan dua jiwa yang selalu haus cerita. Dan kelak senyum tersemat di ujung, seusai noktah termaktub. Mari kita bercinta dengan kata.
 
54.    Ramai tak menjanjikan sebuah senang, sayang. Sebab kadang bahagia itu berada di antara sunyi yang berlalu lalang.
 
55.    Sialnya terlahir sebagai lelaki adalah diberi hak tuk memilih. Dan siapapun wanita yg dipilih, pasti ada yg terluka karenanya. Pun sebaliknya.
 
56.    Para lelaki mempercayai Tuhan dengan cara berani mengambil resiko untuk ditolak, sedangkan perempuan dengan menunggu.
 
57.    Rerintik hujan serupa melodi sunyi yang berjatuhan, pinjami aku hangat sapamu sebelum seluruh rasa ini membeku, sayang.
 
58.    Pada dasarnya wanita itu cuma perlu merasa dicintai sedang lelaki perlu merasa dibutuhkan. Itu saja.
 
59.    Kepada sunyi, seribu puisipun bisa kuberi. Namun kepada yang disukai, semua kata-kata seolah terkunci, yang tersisa hanya debar hati yang tak terkendali. Ah sialan.
 
60.    Sudahlah. Tak usah coba mengartikan cinta, saat cinta salah kau pahami, kau yang akan kecewa sendiri. Mencintailah tanpa alasan apapun, itu kuncinya.
 
61.    Selamat malam, Nona. Adakah hangat sapamu akan datang memeluk rinduku yang menggigil kehujanan?!
 
62.    Sedang berada di malam minggu yang sesat, terjebak di sebuah daerah yang langka minyak tanah dan minim stock kasih sayang.
 
63.    Jika kau mau aku jadi imam mu, segeralah ambil wudhu. Selamat maghrib di senja kini
 
64.    Sedangkan aku membutuhkan seorang yang mau menemaniku berpijak di bumi. Manusia tak dicipta dengan sayap dan kemampuan terbang. Itu tugasnya burung.
 
65.    Aku suka perempuan baik, yang dengan kebaikannya mau berbaik hati menyukaiku.
 
66.    Dilangit subuh dapatkah kau lihat bintang? Ya, kau seperti mereka, bercahaya, berkelip, bersinar, indah. Tapi terlalu jauh, diam dan angkuh, sangat melelahkan tuk direngkuh.
 
67.    Malam ini turun kabut, sudah lama ku tak melihatnya. Terakhir kali aku melihat kabut turun dari matamu, diperempatan itu beberapa tahun yang lalu. Dan kini, kita tak pernah lagi bertemu.
 
68.    Baru saja menghabiskan nasi goreng penuh cinta buatan ibu, lalu berdoa bahwa kaulah yang kelak akan melakukan hal yang sama pada anak-anak kita.
 
69.    Waktu itu lama bagi yang menunggu, cepat bagi yang takut, bosan jika menganggur, dan Abadi bagi yang mencintai
 
70.    Aku hanya bersembunyi di sisi rindu yang meredup. dari jendela kamarmu sekarang ada pelita lain yang bercahaya. Dan bintang di langit kotamu bilang padaku bahwa ia cemburu.
 
71.    Ku lihat kenangan itu ikut terpejam di keheningan gerimis senja. Tangannya pun bergemetar menahan rindu yang menggema di langit-langit dada. Sesak. Berkabut mata.
 
72.    Di pagi buta aku menanti, menepikan semua sepi, mengemas segala cemas agar matahari terbit setiap pagi, di hati
 
73.    Aku terkadang, mematikan lampu tidurku. Sesuatu yang bernama rindu, mulai kuhidupkan. Cahayanya terang, mengalahkan sinar lampu.
 
74.    Jangan konyol karena susah payah berusaha mematikan kenangan. Lebih baik matikan tv, matikan aki, matikan lampu kamarmu, lalu tidurlah.
 
75.    cinta itu, kupikir yang berlarian di sabarmu, menjelma di senyummu, membisik di khusyuknya doadoamu untukku.
 
76.    Adalah diam, satu-satunya caraku mencarimu diantara ribuan hari yang telah berlalu. Makanya gak ketemu-ketemu.
 
77.    Waktu terus berjalan, orang-orang berubah, pergi dan tak lagi kau kenali. Tak ada yang harus disalahkan. Tak akan semua itu bisa terhenti.
 
78.    Di sebuah pertengahan malam, seseorang menceritakan kau sebagai hujan bulan maret orde baru. Ada yang masih saja tinggal setelah jauh beranjakmu.
 
79.    Sementara langit menghujan, kulemparkan senyum pada hangat segelas kopi di lamunan.
 
80.    Seusai pukul delapan belas, burung dan matahari pulang bergegas. Di sini hanya tinggal angin yang resah dan sekumpulan mimpi patah yang bersiap kembali singgah.
 
81.    Diamlah, aku sedang sakit kepala; di dalamnya terlalu banyak senyummu yang menghilang di suatu pagi
 
82.    Kesendirian itu baik, tapi anda tetap membutuhkan seseorang untuk menceritakan kalau kesendirian itu baik.



Ah... Sungguh Kata yang: Sangat Kau dan Aku (Sekali)
Re-Write&Post by: Sofiet Isa M. Setia Hati



sumber gambar: mindtechnorms.wordpress.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!