Menatap Dua Puluh Lima (Belas)

"Apa cita-cita kalian?" tanya Umar bin Khaththab dalam sebuah Majelis. 

"Saya menginginkan rumah ini penuh dengan emas yang dengannya saya sedekahkan di jalan Allah.", jawab seorang sahabat.

"Sebutkan cita-cita kalian!" Umar kembali bertanya

"Saya menginginkan seisi rumah ini dipenuhi intan, berlian, dan permata, untuk saya sedekahkan di jalan  Allah dan berinfak dengannya." jawab sahabat yang lainnya.

"Bercita-cita lah kalian!" ungkap Umar.

"Kami tidak tahu lagi duhai Amirul mukminin," mereka menjawab.

"Saya menginginkan, seisi rumah ini dipenuhi orang-orang  seperti Abu Ubaidah Ibn al-Jarrah,  Muaz bin Jabal, dan Hudzaifah Ibn Al-Yaman, kemudian aku manfaatkan mereka dalam amal keta’atan." pungkas Umar.


---------------------------

2014.
Apa definisi paling sederhana sekaligus paling tepat untuk mendeskripsikan 2014?

Perubahan?
... bukan

Prestasi?
... bukan

Kerja?
... bukan

Cinta?
... apalagi

Jiddiyah!
Kesungguhan, jawabnya.

---------------------------

Manusia hidup dari berderet-deret harapan. Itulah yang menjadikan alasan mengapa manusia disebut sebagai manusia.

Ia dapat bertahan hidup tanpa sesuap nasi. Tapi tanpa harapan, ia seperti: kata tanpa makna, cinta tanpa pengorbanan, jasad tanpa ruh.

Namun.
Harapan tanpa ikhtiar adalah kedustaan. Menjadikan manusia menjadi makhluk paling pembual yang pernah Tuhan ciptakan.

Harapan dan Ikhtiar selalu didampingi sahabat sejati. Namanya: kesungguhan.

Bersungguh terhadap apa yang ia harapkan. Bersungguh pada apa yang ia ikhtiarkan. Selanjutnya, biarkan Tuhan 'bekerja' dengan caraNya yang selalu ajaib. Dan menitahkan pada semesta untuk mengamini ikhtiar dan jiddiyah hambaNya. Serta, memberikan cerita akhir yang tak pernah tidak kecuali selalu tiada pernah terduga.

---------------------------

Keberhasilan dan Kegagalan.
Ia adalah pewarna dunia. Pemanis kehidupan. Perasa atas misteri masa depan.

Begitulah Tuhan menuliskan. 
Bahwa: Ia akan pergilirkan keberhasilan dan kegagalan atas hamba-hamba-Nya

Sebagaimana kita juga telah mafhum.
Bahwa: ada jatuh, ada bangkit. Ada perjalanan mendaki, ada kalanya menurun. Terik dan teduh.

Agar:
Kita dapat memaknai hakikat kesabaran kala teriknya yang menyengat.
Kita dapat meresapi kebersyukuran kala teduhnya yang menyejukkan.

Bersabar dan Bersyukur
Dia adalah kunci pembuka dari pintu-pintu keajaiban Tuhan
Keduanya adalah definisi dari  jiddiyah atas harapan dan ci(n)ta yang kita ikhtiarkan.

 ---------------------------

Tentang Dua Puluh Lima (Belas)

Andai boleh berandai-andai. Aku akan berimaji: bahwa majelis Umar adalah hari ini. Dan aku berada di tengah-tengah mereka yang Allah ridhai itu.

Kala Umar menantang:
"Apa cita-cita kalian?"

Terlalu naif, jika tak berharap akan dunia dan seisinya.
Namun, terlalu (maaf) bedebah jika tidak mengharapkan ridha Allah atas dunia dan akhirat.

Lalu?

Aku tidak tahu,
Definisi apa yang paling sempurna,
Saat memberanikan menatap dua puluh lima (belas)

Menjadi air yang mengalir di sungai-sungaiNya yang bernama: takdir
?

Tapi bukankah air dapat dibelokkan, dibendung, atau dipercepat alirannya?
Dengan doa kita yang bersua di Arsy yang sama?

Menjadi dendelion yang pasrah diterbangkan angin
?

Kita tak dapat mengubah arahnya angin.
Tapi bukankah kita dapat mengembangkan layar?

Ikhitiar,
Tawakkal,
Jiddiyah,
... dan berprasangka baik padaNya

Ah, biarkan itu menjadi, anggap saja: tagline

Tentang apa? dan bagaimana? hasilnya?
Biarkan ia tetap menjadi misteri langit.

Sembari kembali menginsyafi pinta Musa yang lirih pada Rabbnya yang Maha pengabul doa dan hajat:
"Rabbi... Inni lima anzalta ilaiyya min khairin faqiir..."

...Duhai Allah, sungguh aku terhadap segala kebaikan yang engkau anugrahkan: sangat membutuhkan...


Mari kita akhiri,
Sekaligus mengawali,
Di sebuah batas, pada suatu penghujung
H-2 dari 25 Desember 2014

-SI-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

Q dan Sapu-nya