Ekspektasi

Aku memperhatikan sekitar ku.
Mereka yang resign dari pekerjaannya masing-masing. Tidak sesuai ekspektasi, alasan mereka.
Mereka yang putus dari pasangannya. Jauh dari apa yang dibayangkan sebelumnya, penyebabnya.
Mereka yang gagal dalam mengejar cita-citanya: kecewa, lalu mati perlahan dalam khayalan-khayalan indah.

Aku percaya bahwa:
Berada dimanapun,
Bersama siapapun,
Melakukan apapun,
Akan tiba satu waktu: saat itu semua terasa jauh dari apa yang kita harapkan.
Satu masa dimana kenyataan tak semanis bebayang ekspektasi.

Kita terlampau tinggi, menggantungkan harapan setinggi langit.
Padahal, kita hanyalah makhluk bumi.

Maka, menaruh harapan pada makhluk bumi adalah kejahiliyahan paling primitif yang pernah ada.
Sebagaimana Quraisy menaruh nasib pada: anak panah, terbangnya burung, pada Latta dan Uzza.

Menitipkan harapan pada sang Pencipta.
Begitu para bijak bestari selalu berpesan.

Karena Dia lah yang menepati segala janji.
Hanya Dia lah pemilik segala kunci keajaiban.
Dan hanya pada-Nya lah doa dan pinta akan diijabah.

Maka, izinkan kami titipkan segenggam harap.
Sebagaimana doa ayah kami Ibrahim agar Engkau jauhkan dari penyembahan atas makhluk dan pengharapan padanya:

"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala"

Madiun, 26 Desember 2014
-SI-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

Q dan Sapu-nya