Training Itu...?


Training kini menjadi tren dalam dunia pendidikan. Ia menjadi alternatif baru bagi peserta didik. Banyak hal yang ditawarkan dalam training dengan kemasan yang berbeda dari bentuk pendidikan klasikal. Dan, pertanyaan mendasarnya adalah apa itu training hingga ia berbeda dari yang lain?

Mel Silberman, seorang pakar pendidikan dan pembelajaran menjelasakan definisi training: training is a method of enhancing human performance. Berangkat dari definisi ini, ada dua hal yang pokok. Pertama, training adalah sebuah metode. Ia bukan tujuan. Sebagai metode, training menyesuaikan dengan tujuan baik dalam bentuk, waktu dan penyampaian. Bukan sebaliknya. Kedua, training harus meningkatkan unjuk kerja pesertanya. Kualitas peserta harus meningkat setelah mengikuti tiap proses training. Jadi, training bukan hanya menyampaikan sesuatu. Ia harus mengubah sesuatu. Bukan hanya menjadikan peserta tahu dan paham akan apa yang disampaikan, namun juga harus mengubah paradigma hingga semua mampu diaplikasikan dengan baik pasca training.

Ini sesuai dengan fakta yang sebagai berikut:
  • Kita belajar 10% dari apa yang kita baca
  • Kita belajar 20% dari apa yang kita dengar
  • Kita belajar 30% dari apa yang kita lihat
  • Kita belajar 50% dari apa yang kita lihat dan dengar
  • Kita belajar 70% dari apa yang kita katakan
  • Kita belajar 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan

Jadi, dalam sebuah training harus ada proses pembelajaran yang baik sehingga trainee mampu menyerap tujuan dari training tersebut. Trainee harus dilibatkan secara aktif dalam proses training. Trainee juga harus melakukan apa yang menjadi nilai dan kapasitas yang ditransferkan, misal dengan simulasi. Karena, training yang baik harus mengikuti alur berikut:


Sebagai contoh adalah ibadah. Ada banyak yang belum tahu apa itu ibadah. Fungsi dan faedahnya belum mereka ketahui. Ada pula yang telah mengetahui fungsi, faedah, dan keutamaan ibadah itu apa, namun ternyata mereka ternyata belum mampu melaksanakannya. Bagaimana rukun, syarat, gerakan ibadah, mereka belum paham hingga belum mampu melaksanakannya. Dan ada pula sebagian yang sudah tahu tentang ibadah, pun juga mampu melaksanakannya, namun enggan. Belum mau melaksanakannya walau tahu dan mampu.

Nah, begitulah seharusnya sebuah training. Ada proses yang mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mau menjadi mau. Dan, keluaran ideal sebuah training adalah trainee tahu, mampu dan mau melaksanakan apa yang menjadi tujuan training.
Itulah training. Bukan hanya proses belajar pada hari H, namun juga harus mampu menjadi aplikasi setelah training selesai diselenggarakan.

*Disarikan dari Training of Trainer PMLDK 2012

Wisma Shalahuddin, 220712 10:50
Sofiet Isa M. Setia Hati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku