Wanita Berjilbab Tapi Tingkah Lakunya Tidak Baik; Wanita Bertingkah Laku Baik Tapi Tidak Berjilbab. Pilih Mana?


Semalam, di salah satu forum halaqah, ada sebuah pertanyaan menarik: "Mana yang lebih baik apakah menuntut ilmu tapi tersesat atau tidak menuntut ilmu sehingga tidak tersesat." Sesaat setelah pernyataan itu dilontarkan, saya teringat sebuah pertanyaan. Seperti pada judul tulisan ala kadarnya ini: "Pilih mana, wanita berjilbab tapi tingkah lakunya tidak baik atau wanita bertingkah laku baik tapi tidak berjilbab."

Mencoba mengamati pertanyaan ini, saya mengkategorikan pertanyaan ini pada wilayah pilihan. Atau bahkan layak dimasukkan ke ranah fatwa sehingga kapasitas saya tidak mumpuni untuk menjawabnya. Namun, dengan ilmu saya yang pas-pasan ini, saya coba analisis pertanyaan ini dalam perspektif saya yang cukup dan memang nyeleneh ini.

Okey. Bagi saya, pada pertanyaan ini, ada kesalahan logika dan penempatan di ruang waktu. Maka setidaknya ada dua kesalahan pada pertanyaan ini.

Pertama, pertanyaan ini jika dirampung akan menjadi, kira-kira, begini: pilih mana “kesalahan pertama” atau kesalahan kedua”. Tingkah laku yang tidak baik adalah kesalahan pertama, sementara tidak berjilbab adalah kesalahan kedua. Dan baik yang bertanya maupun ditanya pasti tahu bahwa mereka diminta memilih salah satu diantara dua kesalahan.

Logikanya, jika kita tahu ada sebuah kesalahan, otomatis kita juga pasti tahu apa yang seharusnya menjadi kebenaran. Kita tahu ini salah karena kita tahu yang benar adalah itu. Jadi, dalam konteks pertanyaan tadi, kita tahu yang benar adalah wanita berjilbab dan berkelakuan baik.

Lalu, untuk apa kita memilih hal yang salah saat kita tahu hal itu salah, sementara kita tidak memilih yang benar. Jadi, pertanyaan ini pasti akan dijawab hanya dengan satu jawaban di luar pilihan: wanita berjilbab dan bertingkah laku baik. Just it. No other choice.

Kesalahan logika pertanyaan ini menurut saya setipe dengan kesalahan logika pertanyaan: “Mampukah Tuhan menciptakan sebuah batu yang tidak mampu diangkatnya,” Pada pertanyaan ini, di satu sisinya mengakui keMaha-Kuasaan Tuhan, tapi di sisi lain mengakui bahwa Tuhan tidak Maha Kuasa. Menjadi berlawanan seperti ini karena pertanyaan ini sejatinya adalah dua pertanyaan yang dipaksa untuk disatukan: “Apakah Tuhan mampu menciptakan batu?” dan “Apakah Tuhan tidak mampu mengangkat batu?” Sehingga logika yang sehat pasti akan menjawab: “Tuhan mampu menciptakan batu dan tidak ada satu pun batu yang tidak dapat diangkatNya. Just it. No other choice.

Kedua, pertanyaan ini ditanyakan saat penanya berada dalam watu yang salah: dia tidak sedang dituntut untuk memilih dan pilihan yang benar (tapi tidak menjadi opsi pilihan) masih eksis saat ini. Jadi, untuk apa menanyakan sesuatu yang tidak akan benar-benar dilaksanakan. Dan memang sepertinya kita tidak sedang benar-benar dituntut untuk memilih. Sementara itu, pilihan yang baik masih eksis. Dan lagi-lagi kenapa harus memilih salah satu dari dua kesalahan padahal masih ada yanb baik.

Konteks pertanyaan ini sama dengan konteks pertanyaan: “Jika berada di bulan, kita shalat harus menghadap mana?” Padahal kita tidak sedang berada di bulan dan memang tidak ada niat untuk pergi ke bulan. Jadi, untuk apa menanyakan sesuatu yang tidak akan dipraktekkan. Atau pada pertanyaan: “Apa hukumnya mengkonsumsi daging mokolo-mbembe Kongo, Afrika?” Padahal masih ada opsi yang baik: ayam, kambing, sapi, atau unta.

Jadi, dengan dua kesalahan tersebut, pertanyaan: “Pilih mana, wanita berjilbab tapi tingkah lakunya tidak baik atau wanita bertingkah laku baik tapi tidak berjilbab” akan memiliki level kualitas yang sama dengan pertanyaan-pertanyaan berikut. “Mana yang lebih dahulu, ayam atau telur?”. “Apakah sepatu itu melindungi atau melukai? Kalau melindungi, kenapa ia butuh kaos kaki untuk agar tidak melukai kaki?” Atau bahkan pertanyaan “Apakah Nabi Adam alaihissalam memiliki pusar atau tidak? Padahal pusar itu hanya dimiliki oleh makhluk hidup berplasenta (mamlia) yang dilahirkan dalam rahim sementara Nabi Adam tidak dilahirkan.


Wisma Shalahiddin, 9 Mei 2011, 14:51

sofietisa.co.cc

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

Q dan Sapu-nya