Pelajaran: Jangan Sombong #Traveler #Ekspedisi #Penjelajah
Sebagai
penjelajah kasta Sudra peringkat ke-18, saya belajar satu hal tentang semua
ekspedisi yang pernah dijalani: Jangan Sombong. Ya, di atas langit masih ada
langit. Dan kita semua nampak saaaaangat kecil sekali di hadapan kekuasaanNya.
Di
kaki yang akan dijelajahi, kita sombong berujar: pasti sampai puncak!
Qadarullah,
kita tak pernah sampai ke puncak itu sama sekali.
Atau,
kita berujar: jalannya mudah, pendek dan tak melelahkan.
Tapi,
saat kembali turun, esoknya kita butuh mandi wajib 3 kali dengan Counterpain,
sepekan lamanya. Dan, kita tutup dengan menyewa jasa tukang urut.
Atau,
kita menantang: terabas saja hujannya, ngebut bro!
Dan...
braaaakkk!!! kita meniduri aspal, mencium separator jalan.
Jangan
sombong, Sof!
****
Dan,
saya selalu teringat dengan tulisan ini:
Jangan
mengambil sesuatu, kecuali foto
Jangan
meninggalkan sesuatu, kecuali jejak
Jangan
membunuh sesuatu, kecuali waktu
Jangan
mengalahkan sesuatu, kecuali ego
Kaidah
atau yang lebih mirip sebagai adagium ini, sangatlah popular di kalangan para
pecinta alam. Ya, empat kaidah ini lah yang harus selalu dipegang oleh semua
pecinta alam, tak terkecuali juga bagi para traveler secara global.
Alam
mengajarkan kita semua akan kaidah ini. Ketika kita sedang menikmatinya, ada
hal-hal yang memang harus kita perhatikan. Ada hak. Ada kewajiban. Ada hikmah.
Tuhan
sudah menakar apa yang boleh apa yang tidak boleh bagi semua makhluk-Nya. Dia
pun tetapkan apa yang menjadi hak dan kewajiban para hamba. Dan itulah batasan
kesombongan.
Sombong:
saat kita sudah mulai mencoba keluar pagar yang sudah Tuhan tetapkan. Sombong:
saat kita sudah mulai menanggap diri kita besar, sementara kuasa Tuhan itu
kecil. Dan sombong: saat kita tidak melibatkan Tuhan dalam tiap niat serta
tujuan penjelajahan kita.
Jakarta, 26 Juni 2013 15:25
Sofiet Isa M. Setia Hati
Sumber gambar: mapalaapache.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar