Kereta Cepat untuk Siapa?

Pekan ini, kantor saya dipanggil oleh pihak KCIC, Kereta Cepat Indonesia China. Beberapa tower kami akan kena gusur karena bersenggolan dengan jalur kereta cepat.

Loh jadi tho? Tak kira hanya sekedar peletakan batu pertama trus mandeg.

Saya rasa ini proyek dagelan.

Ya kita mafhum pak Jokowi ini meletakan pembangunan infrastruktur sebagai program nomor wahid. Meskipun resiko nya banyak subsidi dicabut dan hutang kita makin menumpuk.

Kalau tentang percepatan infrastruktur kita harus sepakat. Indonesia luasnya dari ujung ke ujung kalau infrastruktur nya buruk, kita tak akan pernah maju.

Tapi kereta cepat?

Wajar saja Jonan (kala itu Menhub) sampai lebih memilih kegiatan yang lain ketimbang menemani pak Presiden dan bu MenBUMN meresmikan KCIC. Dan mungkin ini juga alasan mengapa Jonan terdepak dari kabinet.

Kereta cepat untuk siapa?

Secara jarak JKT-Bandung tidak jauh jauh amat. Apalagi secara plan ada banyak stasiun transit (termasuk stasiun Meikarta?). Kereta cepat tidak akan banyak berguna. Kecepatan pasti akan standar dan tidak mungkin digeber maksimal. 

Jarak JKT-BD lebih pas dengan kereta menengah. Tinggal kita perbaiki kondisi rel jalur JKT-BD yang mulai tidak stabil di petak Purwakarta dan pembangunan double track serta revitalisasi lokomotif. Cukup.

Toh tol Cipularang masih sanggup dengan beban saat ini. 

Lebih baik anggarannya digunakan untuk percepatan tol Sumatera, KA Kalimantan dan Sulawesi, serta jalan trans Papua.

Lalu untuk siapa?

Sepertinya harga tanah di sepanjang jalur kereta cepat akan naik signifikan. Kota-kota baru semacam Meikarta akan bermunculan. And Meikarta everywhere guys.

Casenya sama dengan proyek LRT sih. Ketimbang LRT, kalau saya jadi Jokowi, saya akan lebih memilih KRL (commuter line) yang daya angkut nya jauh lebih banyak dengan kecepatan yang cocok untuk ibukota. Tinggal memperpanjang rute atau membuat loop baru. Masa' saya dari condet harus muter ke Tanah Abang dahulu kalau mau ke Serpong.

Berkaca pada negeri Jiran, yang sistem perkeretaapian nya sudah mapan sejak zaman Mahattir Muhammad, mereka sampai sekarang belum ada kereta cepat. Dan kereta yang paling cepat yang mereka miliki hanya kereta bandara dari KL central ke bandara KLCC seperti dibawah. Itupun kecepatannya masih so-so.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!