Hipotesa Kegagalan

Sebagai peneliti senior sekaligus peneliti pertama dan terakhir di Appledore Lab, yang berada di otak saya yang kelewat imajinatif, saya merasa tertantang untuk melakukan penelitian. Sederhana saja. Penelitian kesekian saya ini berusaha untuk membuktikan atau bahkan mematahkan hipotesa saya. 

Selama enam purnama atau setara dengan bilangan hari dimana Balotelli membutuhkan waktu untuk mencetak gol perdana di EPL bersama The Reds, penelitian ini dijalankan. Penelitian yang nampak sederhana di permukaan namun cadas di dalam ini akan mencari konklusi: butuh berapa kali kegagalan lagi bagi seseorang untuk tidak merasakan apa-apa di kegagalan selanjutnya.

Nah, yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah, tidak ada yang tulus ikhlas dan tidak sombong diri untuk rela menjadi kelinci percobaannya. Tidak ada sama sekali. Entahlah kenapa tidak ada yang berani merencanakan kegagalan. Padahal, dibalik resiko besar akan kegagalan terdapat dampak yang besar juga. High risk, high impact. Katanya.

Maka jadilah saya adalah peneliti tunggal, yang sekaligus merangkap sebagai kelinci percobaan yang tunggal juga. Duh!

Well, kita sebut saja kelinci percobaan ini sebagai -meminjam istilah Raditya Dika- : Marmut Merah Jambu.

Si mas Marmut Merah Jambu ini, tugasnya sederhana. Dia bebas memilih bentuk kegagalan apapun. Terserah dia mau gagal dalam hal apa. *Dan untuk menjaga privasi Marmut Merah Jambu, penulis terpaksa merahasiakan pilihan kegagalan mas Marmut.

Kemudian, mas Marmut Merah Jambu kita ini akan dihadapkan pada kondisi dimana ia akan mengalami kegagalan demi kegagalan. Syaratnya hanya satu: dia tidak boleh menyerah. Apapun kondisinya dan bagaimanapun reaksi negatif atas kesehatan jiwanya. 
Dia hanya boleh berhenti jika dan hanya jika pada salah satu dari 2 kondisi: Tuhan menurunkan keajaibanNya dan mempergulirkan keberhasilan setelah kegagalannya. Atau, penelitian ini sudah mendapatkan konklusi dimana kita sudah mendapatkan jawaban "pada kegagalan keberapa seseorang sudah 'kebal' tak merasakan apa-apa." 

So, bagaimana perkembangan penelitian?
Penasaran, kan?

Penulis kemudian membuat interview singkat bersama peneliti secara langsung di Appledore Lab miliknya. 
"Bagaimana perkembangan penelitian dan pengujian Anda terhadap sample Marmut Merah Jambu?"

"Ya kita tunggu saja hasilnya, karena penilitian ini sudah memasuki tahap akhir." jawabnya singkat ala selebriti Hollywood dicecar gosip perselingkuhan.

"Maksudnya? Apakah kita sudah mendapat konkusi atas penelitian Anda?

"Hmmmm." Jawabnya lebih ringkas lagi, ala anggota dewan ditanya tentang apa hasil rapat seharian tadi.

Dan penulis makin dibuat penasaran dengan jawaban misterius dari peniliti misterius atas penelitian misterius terhadap sampel Marmut Merah Jambu yang njilalah juga misterius. Apakah konklusi akan segera didapatkan. Atau ternyata kondisi pertama yang malah terjadi. 

I have no idea.

Makin penasaran kan?
Saya juga.


Jakarta, 15 Maret 2015
Penulis: Sofiet Isa M Setia Hati
-senior researcher of Appledore Lab-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!