Kajian Shirah Shahabat: Meneladani Generasi Awal
Imam Malik rahimahuLlah pernah berkata: "Tidak akan pernah baik generasi akhir zaman ini,
kecuali jika generasi akhir ini memperbaiki diri sebagaimana generasi awal
memperbaiki diri."
Ada 2 karakter utama yang melatarbelakangi mengapa generasi awal umat ini menjadi umat terbaik yang Allah keluarkan di tengah umat manusia keseluruhan.
Karakter pertama generasi awal ialah ikhlas liLlahi ta'ala. Seluruh ibadah, niat, aktivitas, doa, harapan, takut, taat hanya ditujukan pada Allah semata. Ini
ciri pertama, utama dan paling penting.
Seperti 2 kisah Abu Bakr as Shiddiq, radhiyaLlahu 'anhu berikut.
Dari Umar bin Khathab . Ia berkata, “Rasulullah memerintahkan kami untuk bersedekah.
Pada saat itu aku memiliki harta. Lalu aku berkata, ‘Hari ini aku akan
dapat mendahului Abu Bakar. Lalu aku datang membawa separuh dari hartaku. Rasulullah bertanya, ‘Tidakkah kau sisakan untuk keluargamu?‘ Aku menjawab,’Aku telah menyisakan sebanyak ini.’ Lalu Abu Bakar datang dan membawa seluruh harta kekayaannya. Rasulullah bertanya, ‘Apakah kamu sudah menyisakan untuk keluargamu?‘ Abu Bakar menjawab, ‘Saya telah menyisakan Allah dan Rasulul-Nya bagi mereka.’ Aku (Umar) berkata, “Demi Allah, saya tidak bisa mengungguli Abu Bakar sedikitpun.“ (HR Abu Dawud dan at-Tarmidzi)
Dari Asma binti Abu Bakr, ia berkata, "Tatkala Rasulullah pergi bersama Abu Bakar, dan Abu Bakar membawa
seluruh hartanya sebanyak lima atau enam ribu dirham. Lalu kakekku, Abu
Quhafah datang kepada kami. Saat itu beliau sudah buta. Kakek berkata:
“Demi Alloh, sungguh saya berpendapat bahwa ia telah menyakiti kalian
dengan menafkahkan seluruh hartanya untuk kepentingannya sendiri. Asma’ berkata, “Tidak begitu Kek, sesungguhnya ayah telah meninggalkan harta yang banyak untuk kami.” Asma’ melanjutkan
ucapannya, “Lalu aku mengambil beberapa batu dan meletakkan pada lubang
rumah yang menjadi tempat penyimpanan harta ayahku. Kemudian saya
meletakkan pakaian di atas batu-batu tersebut. Lalu saya menarik kakek
seraya berkata, “Wahai kakek, letakkan tanganmu di atas batu ini.” Asma
berkata, “Lalu kakekku meletakkan tangannya di atasnya, lalu berkata,
“Tidak mengapa kalau dia telah meninggalkan buat kalian barang ini.
Sesungguhnya dia telah berbuat baik dan hal ini adalah kelanjutan hidup
kalian.” Demi Alloh, ayahku tidaklah meninggalkan untuk kami, akan
tetapi aku melakukan hal itu hanya agar kakekku tenang.” (HR Ahmad)
Dalam hadist riwayat Muslim, Rasul menjelaskan ada 3 kelompok manusia yang pertama kali masuk neraka:
mujahid, al Qari', dan pekerja keras yang menghabiskan hartanya untuk berinfaq.
Mereka semua masuk neraka. Mengapa? Karena niatnya bukan karena Allah. Karena ingin dikenang oleh manusia.
Karakter kedua dari generasi awal: mereka sangat menghargai dan mencintai ilmu
dan majelis ilmu.
Iqra! Ayat pertama yang Allah turunkan. Bacalah. Di zaman buta huruf, membaca bukanlah hal ataupun perintah populer
Dalam hadist riwayat Bukhari, dijelaskan bahwa makhluk yang pertama kali ciptakan: pena. Yang pertama kali
dituliskan adalah asmaNya, lalu takdir.
Jadilah ahli ilmu atau yang mencintai ilmu. Karena, dalam hadist riwayat at-Tarmidzi disebutkan bahwa 1000 ahli ibadah lebih mudah digelincirkan syaithan daripada
1 orang ahli ilmu.
Kecintaan generasi awal ini akan ilmu dan kehausannya atas ilmu tercermin dalam 2 kisah luar biasa berikut.
Saat hijrah, Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Utban bin Malik dan tinggal di kediaman Utban. Lalu keduanya membuat kesepakatan terkait pembagian pekerjaan di antara keduanya. Sehari umar yang bekerja dan Utbah yang menghadiri majelis Rasul
kemudian Utban akan menjelaskan ilmu yang didapatkan kepada Umar. Keesokan hari, berlaku sebaliknya.
Demi sebuah hadist, Abu Ayyub al Anshari mendatangi Uqbah bin Amir yang tinggal di Mesir. Jarak Mesir dari Madinah ditempuh dengan unta adalah 2 bulan. Berarti 4 bulan pulang-pergi untuk hanya sebuah hadist pendek yang belum pernah
didengar oleh Abu Ayyub: Barangsiapa yang menutupi aib seseorang, maka ia akan
ditutupi aib nya oleh Allah."
Maka terpujilah orang-orang yang mencintai ilmu, mencintai majelis ilmu dan mencintai mereka yang berilmu. "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang yang berlimu)." (Al Fathiir:28)
*Disarikan dari kajian shirah shahabat, pertemuan #1 & #2, Masjid Jendral Sudirman, World Trade Center, Sudirman Jakarta. 31 Maret dan 7 April 2015.
*Nama Pemateri: saya lupa, hhhe
Jakarta, 8 April 2015
-SI-
Di
antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama -
See more at:
http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-fathir-ayat-19-28.html#sthash.evHTlJy9.dpuf
Di
antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama -
See more at:
http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-fathir-ayat-19-28.html#sthash.evHTlJy9.dpuf
Komentar
Posting Komentar