Kita Adalah Akumulasi Ketakutan Kita

Saya mengingat kembali salah satu momen paling menegangkan selama saya hidup: ujian sidang a.k.a pendadaran S1. Kala itu, saya membayangkan bagaimana ruang seluas 7 x 7 meter menjadi ruang pembataian seorang anak manusia bernama: Sofiet Isa. 

Saya membayangkan satu manusia didampingi dua pembimbing melawan tiga penguji tanpa welas asih. Dan saya juga membayangkan konsteleasi akan berubah waktu itu, menjadi satu melawan lima. Pembantaian!

Tapi, pada waktunya saya baru tahu, ternyata saya dapat tertawa lepas waktu itu, di ruang itu. Ternyata, pendadaran “cuma segitu saja”, saya membatin selepasnya. 

Pun, beberapa hari lalu. Saya harus menghadapi hal yang sama: ujian sidang. Tapi, kalau dulu tentang kuliah, kemaren itu di kantor terkait hasil pekerjaan selama satu semester. Terngiang-ngiang bagaimana cerita senior tentang sidang. Satu melawan tujuh kali itu. Tujuh, saudara-saudara. Apalagi, achievement saya belum sampai di level aman. 

 Teror, tak bisa tidur memikirkannya. Ampun! 

Tapi, ternyata semua berbeda. Saya masih hidup. Saya masih dapat tertawa di ruang itu. Lagi-lagi saya berkata: “oh cuma begitu saja” 

****

Kita adalah akumulasi ketakutan kita di masa lampau... 

Ya, kita hari ini sering kali terjebak pada persepsi kita sendiri di masa lampau. Ketakutan, kecemasan, kegagalan, semua ada di benak kita untuk menghadapi masa depan. 

Ketakutan kita akan masa depan menjadi mimpi buruk kita untuk menghadapi tantangan. Dan kita berharap, waktu dapat kita lompati. Agar, kita tak merasakan momen menakutkan itu. Padahal, itu hanya imaji liar kita. Seperti setan yang membisiki hati-hati kita dengan ketakutan-ketakutan. 

Ketakutan adalah fitrah manusia. Ia diciptakan Tuhan agar kita siap. Bersiap menghadapi hal terburuk dalam segmen sejarah kehidupan kita. Dan menyiasatinya agar menjadi cerita indah di penghujungnya. 

Namun, kalau ketakutan menjadi penghalang, maka cukup kita matikan imaji-imaji kita dan katakan padanya: Aku bersama Tuhanku! 



Jakarta, 4 Juli 2013, 11:40 
Sofiet Isa M. Setia Hati 

sumber gambar: sekargadhing.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!