Beriman Sejenak
“Oleh karenanya banyak para ikhwah itu mengeluh, datang ikut liqo tetapi iman tidak terasa bertambah. Bahkan pulang liqo, pusing kepala. Kalau dulu datang liqo, pulang, semangat keimanan membara, kecintaan kepada Allah SWT -subhanahu wata’ala-. Sehingga habis malam itu dihabiskan untuk sujud kepada Allah dan berdiri di hadapan Allah. Sekarang, karena terlalu larut malam membicarakan masalah agenda-agenda, pulang tengah malam, tidur, subuhpun lewat. Apakah begitu kader da’wah?”
*****
Nasihat di atas disampaikan oleh Dr Daud Rasyid kepada kita semua, aktivis dakwah. Renungan ini seharusnya menjadi titik refleksi akan dakwah kita. Karena rasa-rasanya, memang seperti ini adanya.
Seperti cerita al akh, yang bosan terhadap dakwah, akhirnya. Bukan karena apa-apa. Alasannya sederhana. Hari-harinya melulu diisi dengan tanya saudaranya, “bagaimana amanahnya?”, “gimana acaranya, sudah dapat pembicaranya?”,”tempat acaranya sudah di-booking belum?”, “bagaimana dananya?”. Jumud dia.
Rindu ia akan tanya, seperti tanya Rasul pada Sahabat, “bagaimana imanmu hari ini?” Rindu ia akan tanya, “bagaimana shalat malammu tadi malam”, “bagaimana hafalanmu? Sudah sampai mana?” atau sms dan misscall saudaranya kala sepertiga malam terakhir yang membangunkannya qiyamul lail atau sekedar sms tausiyah.
Atau cerita yang serupa, al akh yang akhirnya pindah harakah atau bahkan berhenti berdakwah. Kering hatinya. Tak manis lagi iman terasa. Forum-forum dakwah yang dulu ia selalu semangat tuk menghadirinya, terasa hambar. Tak ada iman. Lesu akan ukhuwah. Tak ada lagi nasihat dan tausiah. Tak tambah iman dan taqwa-nya, hanya lelah yang tersisa.
*****
Kita sama-sama rindu majelis iman. Datang dalam kondisi yang payah, hampir futur. Pulang membawa iman. Atau seperti sabda Rasul, saat melihat wajah saudara, ingat lah kita pada Allah, bertambah iman kita.
Bukankah iman adalah energi, bahan bakar dakwah. Seperti bensin bagi kendaraan kita. Tanpa iman, dakwah tak mungkin bertahan lama, hingga hari akhir. Tanpa iman, dakwah seperti bungkus tanpa isi. Inti dakwah ini adalah mengajak pada iman. Mustahil menyeru pada keimanan tanpa iman.
Bukan banyaknya kader yang membuat kita menang. Bukan pula rencana dakwah yang strategis maupun dana yang melimpah. Iman lah yang membuat Allah ridha membukakan pintu kemenangan, pintu barakahNya.
Marilah kita berhenti sejenak. Mengisi forum-forum kita dengan keimanan. Saling menasehati untuk tetap dalam keimanan. Ijlis bina, nu’minu sa’ah. Begitu seru Muadz bin Jabal. Duduklah bersama kami, mari beriman sejenak.
sofietisa.co.cc
Wisma Shalahuddin, 25 April 2011, 21:06
*****
Nasihat di atas disampaikan oleh Dr Daud Rasyid kepada kita semua, aktivis dakwah. Renungan ini seharusnya menjadi titik refleksi akan dakwah kita. Karena rasa-rasanya, memang seperti ini adanya.
Seperti cerita al akh, yang bosan terhadap dakwah, akhirnya. Bukan karena apa-apa. Alasannya sederhana. Hari-harinya melulu diisi dengan tanya saudaranya, “bagaimana amanahnya?”, “gimana acaranya, sudah dapat pembicaranya?”,”tempat acaranya sudah di-booking belum?”, “bagaimana dananya?”. Jumud dia.
Rindu ia akan tanya, seperti tanya Rasul pada Sahabat, “bagaimana imanmu hari ini?” Rindu ia akan tanya, “bagaimana shalat malammu tadi malam”, “bagaimana hafalanmu? Sudah sampai mana?” atau sms dan misscall saudaranya kala sepertiga malam terakhir yang membangunkannya qiyamul lail atau sekedar sms tausiyah.
Atau cerita yang serupa, al akh yang akhirnya pindah harakah atau bahkan berhenti berdakwah. Kering hatinya. Tak manis lagi iman terasa. Forum-forum dakwah yang dulu ia selalu semangat tuk menghadirinya, terasa hambar. Tak ada iman. Lesu akan ukhuwah. Tak ada lagi nasihat dan tausiah. Tak tambah iman dan taqwa-nya, hanya lelah yang tersisa.
*****
Kita sama-sama rindu majelis iman. Datang dalam kondisi yang payah, hampir futur. Pulang membawa iman. Atau seperti sabda Rasul, saat melihat wajah saudara, ingat lah kita pada Allah, bertambah iman kita.
Bukankah iman adalah energi, bahan bakar dakwah. Seperti bensin bagi kendaraan kita. Tanpa iman, dakwah tak mungkin bertahan lama, hingga hari akhir. Tanpa iman, dakwah seperti bungkus tanpa isi. Inti dakwah ini adalah mengajak pada iman. Mustahil menyeru pada keimanan tanpa iman.
Bukan banyaknya kader yang membuat kita menang. Bukan pula rencana dakwah yang strategis maupun dana yang melimpah. Iman lah yang membuat Allah ridha membukakan pintu kemenangan, pintu barakahNya.
Marilah kita berhenti sejenak. Mengisi forum-forum kita dengan keimanan. Saling menasehati untuk tetap dalam keimanan. Ijlis bina, nu’minu sa’ah. Begitu seru Muadz bin Jabal. Duduklah bersama kami, mari beriman sejenak.
sofietisa.co.cc
Wisma Shalahuddin, 25 April 2011, 21:06
Komentar
Posting Komentar