Catatan Suami Rindi #3: Test Pack
"Udah isi belum?"
Begitu kira-kira tanya beberapa teman dalam beberapa waktu belakangan.
"Udah, alhamdulillah..."
Jawab saya singkat. Sembari mengelus-elus perut sendiri (yaiyalah masa' perut yang nanya).
"Alhamdulillah, tadi pagi udah isi pake nasi uduk sama gorengan"
Mantap saya menjawab (dalam hati).
Sesungguhnya saya sudah jenuh dengan pertanyaan macam diatas. Maka saya beristikharah untuk mencari jawabannya.
Dengan tingkat kemiringan isi kepala saya yang sudah makin besar derajatnya, sesuai yang kalian tahu. Maka saya memutuskan untuk: .......memakai test pack.
Test pack yang saya pakai milik istri yang merupakan kado dari temannya. Mungkin ini adalah semacam karma. Istri dikadoi untuk pernikahan berupa test pack. Mungkin karena dulu saya mengkadoi seorang sahabat saya yang menikah dengan: .....jamu khusus pria.
Berbekal test pack cuma-cuma inilah saya menemukan jawaban nya.
...Dan hasilnya adalah (pastinya): positif!!!
Kok bisa?
Ya bisa atuh. Positif isi kepala saya agak miring. Kalo test pack nya mah jelas negatif.
Anyway, pertanyaan ini menjadi sangat mainstream dan kekinian level
ketiga di zaman anak muda berebut menjadi tukang ojek berjaket ijo.
Level pertama adalah "kapan lulus?". Level kedua adalah "kapan nikah?".
Dan level ketiga ya: "kapan mau ngasih keponakan?"
Pertanyaan ini sebenarnya sah-sah saja diajukan. Dan anda pun berhak menjawabnya sesuai kemauan dan kapabilitas Anda dalam ngeles. Cuma, permasalahannya adalah makin tinggi levelnya makin sulit pertanyaan itu dijawab.
Bukan apa-apa. Tapi, domain yang berkuasa menjawabnya itu makin tinggi.
"Kapan lulus?" itu masih bisa dijawab, karena kita yang paling bertanggung jawab atas studi kita.
"Kapan nikah?" itu fifty-fifty, karena domain Allah mulai membesar dan domain kita mulai mengecil. Kalau memang takdirnya adalah menjadi jomblo yang istiqamah ya mau dikata apa.
Nah, kalau "Kapan punya momongan?" ini yang susah. Domain Allah ini yang mendominasi. Ikhtiar pasti dilakukan, namun ada banyak pasangan yang bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun masih belum dikaruniai momongan. Ada pula yang sudah menunggu sangat lama, lalu sang istri hamil, namun keguguran.
Allah yang punya kuasa. Kita bukan siapa-siapa.
Sesungguhnya berat pertanyaan ini. Atau lebih tepatnya memberatkan bagi yang ditanya.
Jadi, menurut saya lebih baik diurungkan saja niat untuk bertanya pertanyaan sensitif ini. Toh, lebih baik mendoakan yang terbaik untuk yang ditanya ketimbang makin berat dan bahkan bisa jadi depresi.
Kalau saya yang ditanya mah, silakan saja.
Toh akan saya jawab semau saya: "minta tutorialnya dong". Ngyahahaha
Jakarta, 26 Agustus 2015
W-9
-SI-
*sumber gambar: jurnalsehat.com
*cerita test pack diatas hanyalah fiktif belaka. Sayang test pack kado nya kalau dipake buat yang enggak-enggak
Komentar
Posting Komentar