Real Man Takes Risks
High risk high impact, begitu kira-kira para ahli ekonomi berprinsip. Makin tinggi resikonya, kata mereka, makin tinggi nilai yang didapatkan seseorang.
Maka, perbedaan lelaki sejati dan lelaki yang (hanya) mengaku sebagai lelaki sejati begitu tipis. Mereka yang pertama adalah mereka yang berani berhadapan dengan tantangan. Seraya menyerahkan raga dan jiwanya atas segala resiko dan konsekuensi dibalik setiap ikhtiar.
Mereka pertama begitu mafhum, bahwa: resiko berlari adalah tersandung; resiko mendaki adalah terjatuh, resiko menyelam adalah tenggelam; resiko melamar adalah ditolak; resiko mendayung adalah karam; resiko bermain api adalah terbakar; resiko berjalan adalah tersesat.
Mereka itu, seperti dalam al Qur'an: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang
gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka
sedikitpun tidak mengubah (janjinya)"
Mereka, kata Sapardi, "berjanji setia pada sejarah tuk pantang menyerah". Bersumpah atas Nama yang Kuasa bahwa mereka akan tegar. Apapun resiko yang sedang bersembunyi dan yang akan menyambutnya atas segala ci(n)ta yang ia persembahkan.
"Dan
suatu hari kelak kita akan menoleh dan memandang perjalanan yang telah
kita tempuh itu dengan penuh kebanggaan dan keyakinan", kata Coelho, "Betapa malangnya
orang yang takut mengambil resiko."
Yogyakarta, 6 Oktober 2014
Sofiet Isa M. Setia Hati
Komentar
Posting Komentar