Dilema Skripsi: Antara Skripsweet dan Skripshit
Skripsi yang baik adalah skripsi yang diselesaikan.
(anonim)
Marilah kita berimajinasi sejenak. Bolehlah kita berandai-andai. Rektor UGM yang baru, Prof Tik dengan tegas memutuskan bahwa skripsi atau tugas akhir tidak lagi menjadi syarat mutlak kelulusan bagi mahasiswa S1 di Gadjah Mada. Skripsi hukumnya menjadi (hanya) sunnah muakkad. Atau, bolehlah kita anggap hukumnya fardhu kifayah, asal ada yang menunaikan, lepaslah tanggung jawab semua mahasiswa Gadjah Mada.
Dan, imajinasi liar saya pun makin meluncur, membayangkan bagaimana jika kebijakan itu menjadi nyata. Pastilah populasi mahasiswa tua akan menurun drastis, terancam punah. Tak lagi mudah nanti, kita temukan “makhluk-makhluk” ini berkeliaran di sudut-sudut kampus, “sliweran” di perpus dan ruang pengajaran, bolak-balik di ruang dosen, menunggu titah dan acc sang pembimbing. Langka!
Tapi, itu hanya imajinasi. Tak mungkin juga Rektor berkenan menghapus skripsi. Rektor-rektor yang ada pun juga dulunya pasti bersimbah darah menuntaskan skripsinya. Tak mau lah pasti mereka membiarkan mahasiswa-mahasiswanya berleha-leha, tiba-tiba lulus, tanpa harus dimaki-dicecar dosen penguji sidang skripsi. Andai pun ada Rektor yang “tega” menghapus skripsi, kemungkinan itu adalah tanda-tanda kiamat. Waspadalah!
*****
Ya, begitulah memang skripsi. Ada banyak yang berhasil lolos: dengan mudah, atau agak sulit, sampai (sangat) sulit sekali. Dan, tak sedikit pula yang harus gagal. Batal menerima ijasah karena skripsi belum tuntas, sementara “surat cinta” dari universitas berkali-kali diterima.
Ada banyak alasan mengapa skripsi menjadi semacam prodeo Alcatraz sehingga butuh lebih dari sekedar effort yang luar biasa untuk dapat lolos dari nya. Butuh keajaiban dan hidayah Tuhan!
Ada yang mandeg karena terlalu sulit, terlalu idealis mungkin. Ingin menciptakan ini, menciptakan itu. Ya monggo sih menurut saya. Tapi alangkah bijaknya andai Anda memikirkan kembali usia akademis Anda yang sudah sangat sepuh di kampus, sudah punya adik 5 generasi atau lebih. Pikir kan pula sebenarnya target skripsi S1 itu apa, penemu atau peneliti?
Ada yang menyerah karena dosen pembimbing punya proyek-an sebanyak proyekannya Nazaruddin. Dimana-dimana, di luar kota hingga mancanegara. Sulit ditemui di kampus. Duh! Segera pikirkan dosen pengganti saja, atau pikirkan sedari awal siapa dan sesibuk apa dosen Anda.
Dan yang lebih menyakitkan adalah mereka yang hilang datanya. Entah laptopnya hilang, hard disk rusak atau data di-virus-i. Duh Gusti, semoga diberi semangat kembali. Dan, diberi pengingatan bahwa data skripsi butuh ada back up nya.
*****
Saya (ingin) mencoba mengomentari dan mencoba memberikan masukan, dari perspektif non teknis, kenapa skripsi itu bisa menjadi skripsweet atau menjadi skripshit. Let me try.
#motivasi
Dalam melaksanakan segala sesuatu, tiap manusia pasti membutuhkan motivasi, tak terkecuali dalam menyelesaikan skripsi. Harus ada yang mendorongnya, juga memaksanya tuk segera menuntaskan skripsi. Harus ada sesuatu yang dijadikan motivasi agar tak redup gelora semangatnya. Juga, agar mengubah lelah, keluh, dan kesah menjadi ruh yang tak sudi kalah.
Ada banyak hal yang dapat dijadikan motivasimu. Ridha Tuhan yang kau kejar dengan ibadah skripsimu. Atau, wajah ibu dan ayahmu yang doa, keringat, air mata, dan dananya mereka curahkan penuh bagi tuntasnya studimu. Atau, bidadarimu yang akan kau pinang dengan skripsi sebagai maharnya. Atau, rupiah yang harus kau kejar setelah skripsimu agar tak selalu menjadi beban orang tuamu yang mulai menua.
Maka, ambillah salah satu atau keseluruhannya. Jadikan motivasimu sebagai bayang dan muhassabah sebelum lelap tidurmu. Jadikan ia penyambutmu kala bangun pagimu. Agar tak terlena kau dengan goda dunia yang jauhkanmu dari ibadahmu ini. Ingat dan segerakan!
#fokus
Miris, melihat sahabat seperjuangan sangat menunda kelulusannya, dengan menjadikan kesibukannya sebagai alibi. Ada yang beralibi, bisnisnya harus didahulukan hingga skripsinya tercecer. Skripsi bukan prioritas utama, katanya. Ya Allah!
Ada yang beralibi, amanah di luar yang menumpuk hingga skripsinya tak tersentuh. Sedih juga tentang yang ini. Mengapa mahasiswa tua semacam ini masih saja diberikan amanah yang menggunung itu. Mengapa bukan yang sudah sarjana. Mengapa tak dibebastugaskan sementara saja, agar kembali ke jalur amanah skripsinya.
Ya, terlepas dari alibi-alibi yang ada (dan saya berlepas tangan dari yang demikian), skripsi juga butuh satu hal yang namanya fokus. Pikiranmu, tenagamu, dan seluruhmu kau curahkan padanya saat itu.
Fokus, tak berarti kau tinggalkan yang lain. Tak berarti, all day kau habiskan untuk tunaikan skripsimu. Cukup luangkan waktu saja. Tapi, bukan kau posisikan skripsimu di waktu luangmu, waktu sisa yang ada. Luangkan waktu sejam, dua jam, tiga jam. Jadikan itu waktu asasi-mu, tak dapat diganggu gugat. Beranikan diri untuk mengatakan “tidak” jika ada yang menabrak agenda asasi-mu itu. Luangkan dan tunaikan!
#sahabat
Banyak dari mahasiswa tua yang akhirnya gagal karena merasa sendiri. Merasa ditinggal sahabat-sahabatnya yang lain. Merasa dirinya lah yang paling tua se-kampus. Malu rasanya kembali ke kampus mengejar skripsi apalagi saat berpapasan adik-adik angkatan yang jauh dibawahnya.
Maaf, sahabat yang lulus terlebih dahulu juga punya saham molornya studi mahasiswa tua ini. Sahabat yang lulus terlebih dahulu ini meninggalkan mahasiswa tua begitu saja.Apalagi, setelah lulus, sahabat ini langsung sukses di dunia kariernya masing-masing. Walhasil tambah galau lah mahasiswa tua ini yang kalah telak.
Alangkah bijaknya, siapapun itu, bagi yang merasa sudah lulus terlebih dahulu jangan lupakan sahabatmu yang masih berjuang dengan skripsinya. Ingatkan ia. Semangati ia. Tanya saja: “bagaimana skripsinya” sampai ia bosan hingga “terpaksa” merampungkan skripsinya. Jangan sampai, Anda memiliki dosa turunan dengan meninggalkannya.
Juga, sebagai saran kepada mahasiswa tua, pilihlah tema skripsimu yang dapat dibagi kepada beberapa mahasiswa (dengan judul detail masing-masing tentunya). Agar, saat dirimu sedang “down”, sahabat se-tema ini lah yang dapat meng-up-kan kembali. Begitu pun sebaliknya. Saling memaksa agar dapat segera tunai bersama.
#doa
Alangkah naifnya bila kita menilai sesuatu hanya berdasar pada usaha kita saja. Kita terlupa ada “tangan” Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu. Pun dengan usahamu mengejar rampungnya skripsi. Ada Tuhan yang “bermain” di sana.
Doamu padaNya lah yang insyaaLLah akan mengantarkanmu ke jalan kemudahan dan ketenangan. Saat kau “redup” dengan skripsimu, cahaya-Nya yang akan meneranginya kembali, dengan doamu. Jangan malu, jangan ragu. Angkat tanganmu, tundukkan hatimu, merendahlah padaNya, memohon kelancaran dan kemudahan proses skripsimu.
Juga, jangan lupakan mereka yang juga mengirimkan doanya padamu. Jangan kau tunda untuk memohon mereka agar mendoakan studimu. Pintalah doa mereka, terutama ibu dan ayahmu. Doa mereka lah yang juga akan memotivasimu agar tak patah semangat juangmu. Doa mereka semoga berbuah ridhaNya.
#kejujuran
Satu lagi, skripsi bukan hanya tentang urusan lulus tak lulus. Ia juga tentang keberkahan. Dan salah satu pembuka pintu keberkahan Tuhan adalah kejujuran. Jujur dalam niatnya. Jujur dalam prosesnya. Jujur dalam tawakkalnya.Ikhtiarkan dirimu agar tak mau sekalipun berlaku manipulatif.
Ya, memang setiap mahasiswa skripsi pasti sudah memiliki hipotesis atas penelitiannya. Tapi, skripsi yang jujur adalah skripsi yang menguji apakah hipotesisnya benar atau salah. Bukan malah “memaksa” hasil penelitian agar sesuai dengan hipotesisnya.
Tak apa kau kerjakan skripsimu yang sederhana itu, yang tak terlalu idealis. Tapi itu dikerjakan, asal dengan kejujuran. Jangan sekali-kali manipulasi datamu. Andai hipotesismu keliru, jujur saja. Katakan saja dengan jujur, bahwa hipotesis awalmu salah serta katakan bagaimana hasil yang benar. Karena, manipulasi itu menghambat turunnya keberkahan. Dan, salah satu tanda tak keberkahan adalah dirimu merasa sangat sulit melakukan sesuatu yang kau manipulasikan, termasuk skripsi.
Ya, bagi sebagian kasus, dengan manipulasi, skripsi akan menjadi lebih cepat terselesaikan. Ya, mereka bisa dengan mudah lolos dan lulus dari sidang pengujian skripsi, tapi sidang Tuhan? Tak ada yang dapat memanipulasi sidang Tuhan nanti. Maka, berani lah untuk jujur. Karena, berani jujur berarti berani sukses!
*****
Hari ini, siapapun yang sedang bercengkarama dengan skripsinya, atau sedang merencanakan memulai skripsinya maka ingatlah lima hal tersebut: motivasi, fokus, sahabat, doa dan kejujuran. Inilah sikap yang harus diambil agar Tuhan berkenan memberikan kemudahan dan kelancaran segalanya. Sikap yang akan mengubah takdir dan jalannya cerita skripsimu: apakah akan berujung manis, menjadi skripsweet atau malah menjadi skripshit.
Wallahu a’lam.
KPFT & Sekre JS UGM, 020712, 20:35
sofietisa.web.id
Komentar
Posting Komentar