Mereka Yang Terluka Karena Cinta



Apabila cinta memanggilmu
Ikutilah dia, walau jalannya terjal berliku
Dan apabila sayapnya merangkummu
Pasrahlah serta menyerah,
Walau pedang tersembunyi di sela sayapnya itu melukaimu
Dan jika dia bicara padamu, percayalah
walau ucapannya membuyarkan mimpimu
bagai angin utara mengobrak-abrik pertamanan
[Kahlil Gibran]



Apik Gibran menggambarkan tentang cinta. Ya, cinta memang selalu mendua. Ia sanggup membumbungkan sang pecinta jauh ke puncak langit. Namun, ia juga tak segan melempar kembali sang pencinta, hingga jatuh ke bumi, tersungkur, lalu mati.


“Begitulah cinta, deritanya tiada akhir”, kata Panglima Tian Feng, si Ti Pat Kai dalam serial Kera Sakti. Atau, seperti ibn Qayyim pernah berujar, “Sungguh menderita orang yang mencinta, jika jauh menangis karena ingin bertemu, jika dekat menangis karena takut berpisah.”

Ah, rasa-rasanya cinta memang selalu seperti itu, sejak dulu. Kisah Layla Majnun menjadi kisah cinta paling dramatis dalam sejarah cinta umat manusia. Romeo dan Juliet juga serupa. Bahkan sayap-sayap cinta Gibran sendiri pun akhirnya patah jua. Cintanya, Selma Karami, terpaksa menikah dengan uskup yang lalim hingga pada akhirnya Selma Karami mati bersama bayi yang baru dilahirkannya.

Berhati-hatilah dalam mencintai. Begitu pesan sang bijak. Karena, saat jiwa raga memutuskan untuk mencinta, maka ia harus siap untuk bertanggung jawab atas semua kemungkinan resiko yang akan terjadi. Mungkin cinta akan membuat bahagia hingga seolah-olah kau sedang hidup abadi di surga. Mungkin juga cinta akan membuatmu terluka lagi menderita.

Cinta memang tak pernah pilih kasih. Ia hempas semua hati yang dilalui gelombangnya. Dahsyat hempasannya. Bagi mereka yang tak siap dan memang tak pernah menyiapkan diri, tunggulah. Pasti cinta akan mengkaramkan jiwanya.

Atau, saat cinta pergi. Seolah-olah mencerabut paksa akar yang telah menghujam kokoh di tanah dimana cinta tumbuh. Dan, anestesi apapun tak akan mampu meredam rasa luka saat dan setelah cinta pergi.

Tak ada obat bagi mereka yang terluka karena cinta. Entah karena jatuh cinta, memendam cinta, putus cinta atau bahkan merayakan cinta. Dan memang tak akan pernah ada obatnya.

Catatan cinta semua anak manusia harus diresapi menjadi hikmah. Karena luka, adalah konsekuensi pecinta. Maka, belajar dari mereka yang terluka karena cinta adalah sebaik-baiknya jalan yang ditempuh. Sembari mengokohkan cinta padaNya agar cahayaNya menuntun kita yang dibutakan oleh cinta. Terakhir, terhadap cinta, maka berhati-hati lah.


Gd JTETI UGM, 16 Juli 2011, 15:17


sofietisa.co.cc

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

Q dan Sapu-nya