Catatan Terakhir: A Dolphin Bay, Kiluan, Lampung, Sumatera, Indonesia

Ini adalah catatan terakhir. Sebuah perjalanan mencari apa yang sedang dicari. Tentang tujuan dimana kaki akan terus melangkah dan mimpi yang membakar semangat pada tiap jengkal langkahnya.

Dan akhirnya, semua harus kembali. Pada fitrahnya: pada kebersihan hati, pada kesucian jiwa, pada ketulusan niat, dan pada kelurusan perilaku. Dan pada yang tetap terpilin dalam tali kebermanfaatan pada semesta.

Perjalanan selama ini aku akhiri saja. Demi kebaikan bersama.

****
 
Travelling memang mengasyikkan. Menjelajah ke berbagai sudut ciptaan Tuhan yang memesona... Menghilangkan bosan akan segala yang monoton... Dan melepaskan dahaga mereka yang haus tantangan... Dan melangkah bersama, kemana kaki mau menjejak.

Traveling itu sungguh murah... Untuk mereka, para petualang... Penikmat semua yang tak biasa... Menapak titik-titik dunia di luar nalar manusia... Keluar dari langkah rutin yang biasa-biasa saja...

Tapi....

Namun....

Traveling itu terlampau dan teramat mahal.... Untuk kita nikmati sendiri.... Dan sekedar berbagi bahwa kita pernah kesana dan kesini... Cerita yang tak akan pernah tersampaikan sempurna...

Traveling itu amat sangat mahal... Sungguh... Percayalah...

Sementara ada ribuan saudara kita mati kelaparan di Somalia... Ada mereka yang menggigil saat musim dingin panjang di camp-camp pengungsian Palestina yang terdiaspora...

Sementara ada adik-adik kita yang berjuang melawan kanker ganas dan Jamkesmas nya ditolak rumah-rumah sakit milik Negara... Atau bahkan tetangga samping rumah kita sendiri yang terlilit hutang pada para rente hingga terpaksa ’menjual’ anak gadisnya...

Dan orang tua kita... Yang tak habis pikir tentang anaknya... Yang tak pernah di rumah... Namun, mereka selalu tetap merapal doa-doa setelah sujud panjangnya: "Semoga anakku sukses selalu meraih masa depannya yang cerah.. Dan berguna bagi semesta"

****

Should i resign for these activities? Delete all plans for travelling purpose?
Sure!

****

And herewith the last episode of my travelling story: Kiluan, a dolphin bay of Lampung, Sumatera, Indonesia.

#Teluk Kiluan: Sebuah Pantai Cantik Sederhana
 
Pantai Barat Daya Sumatera sungguh indah. Cantik sederhana. Sepanjang teluk Kiluan itu memang menyejukkan mata, menentramkan pikiran penat dan logika yang makin semrawut. Percayalah.

Disana terhampar pasir putih dan kristal-kristal kaca. Ombak yang tenang. Dan bawah laut yang tampan bersahaja. Berenang ringan 10 meter bibir pantai, kau akan melihat surga bawah laut Indonesia.

Inilah pantai yag kuceritakan itu, sobat
 















#Memburu Lumba-Lumba

Yang paling dinantikan jika ke Kiluan adalah mengejar lumba-lumba. Bergegas pada 6 pagi, bersama terbitnya matahari. Mencari bidadari kecil yang menari-menari di laut samudera.

Dan ini perjuangan kami...










#Dolphin, I Got You

Akhirnya aku menemukanmu!

Setalah berjam-jam terbakar matahari dan terombang-ambing di atas Samudera. Walau tak tertangkap sempurna di mata kamera, namun sempurna di mataku.

Dan kau bergitu bebas, seperti elang terbang tinggi. Menari dalam gelombang. Hilang dalam kemisteriusan. Dan muncul dalam harmoni yang serasi..

Aku mendapatkanmu...













 
#Laguna, Mari Berendam
 
Ada titik menarik selain Lumba-Lumba di kiluan, namanya Laguna. Tempat dimana air laut terperangkap di bebatuan dan tebing pesisir.

Tenang, jernih dan segar. Setelah perjalanan menaik-turuni bukit. Setelah berdegub melewati batu dan tebing. Saatnya berendam dan merebahkan tubuh dalam tenggelam...
 







#How to Get There

Perjanalan normal menggunakan mobil dari Pelabuhan Bakauheni, Lampung menuju gerbang masuk kiluan berkisar 5-6 jam. Namun, pak Gubernur Lampung yang baru sepertinya salah perencanaan perbaikan Trans Lampung Barat. Hingga mendekati puasa pekerjaan pun jauh dari selesai. Alhasil, 10 jam perjalanan pulang tepaksa kami tempuh melaluinya.

Dan juga, harap ingat: aspal mulus langka disini.




#Fajar Merah di Kiluan

Merah warnanya. Fajar di Kiluan. Sementara perahu-perahu kayu mulai hilir mudik. Dan rembulan yang sabit masih tak ragu menampakkan wujudnya.

Inilah fajar merah itu...







 
#Senja Jingga 

Tiada pantai indah, tanpa senja yang indah. Pantai dan Senja adalah kata dan makna. Pantai dan Senja adalah Rama dan Shinta. Pantai dan Senja adalah cinta dan pengorbanan.

Begitu pun Kiluan dan Senja-nya yang jingga...












#Epilog

"Perjalanan itu bersifat pribadi. Kalaupun aku berjalan bersamamu, perjalananmu bukanlah perjalananku." (Paul Theroux)

Dan inilah akhir catatanku. Dan kuulangi sekali lagi: "Perjalanan selama ini aku akhiri saja. Demi kebaikan bersama." Dan kamu?


Jakarta, 23 Juli 2014
Sofiet Isa M Setia Hati


Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts About Sofiet Isa - Edisi Revisi

Rumahku, Madrasahku

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!