Mesir, Gusdur, dan Jama’ah Shalahuddin: Sebuah Kudeta (?)

Coup d'etat aka Kudeta, menjadi isu paling menarik akhir-akhir ini. Mesir menjadi titik dimana isu ini menyeruak hebat. 

Musa melawan Fir'aun. Melawan kesewenang-wenganan dan penindasan Fir'aun atas rakyat bumi para Nabi. Entah Fir'aun zaman piramida atau Fir'aun kontemporer, yang jelas penindasan tetap abadi di sana. 

Kudeta, entah siapa mengkudeta siapa. Sedari dulu sepertinya Mesir tak lepas dari proses per-kudeta-an. Ihkwanul Muslimin pun pernah menjadi subjek kudeta, maupun objek kudeta. Yang jelas, kudeta menjadi makanan pokok bangsa pemilik martabak terlezat sedunia ini.

Nah, menarik jika kita juga tarik garis kudeta sampai ke wilayah yang juga sama-sama rawan konflik. Entah konflik kepentingan, atau konflik percintaan. Jl. Tevesia No 1 UGM pun terkena imbas kudeta Mesir.

Ya, di sebuah LDK berinisial JS yang bernaung di sana, pun dilanda isu yang serupa hari ini. Kudeta. Entah apa yang melatarbelakanginya. Saya pun tak paham-paham benar.

Tapi begini, kawan. 

Melihat JS yang begitu-begitu saja, saya sedih. Betul. Dari dulu sepertinya isu saling jegal hingga kudeta betulan, tak pernah jauh dari sana. Yang hanya sekedar isu sampai benar-benar "mengundang" UGM 1 untuk menengahi kudeta. 

Sepertinya memang tujuan lahirnya gerakan ini belum tercapai, dimana JS menjadi laboratorium yang nyaman dan damai bagi seluruh gerakan Islam. 

Kalau dicermati, pola nya tetap sama: "Kaum mayoritas" menghegemoni "Kaum minoritas". Atau pola yang akhir-akhir ini muncul: frustasi dan kegagalan kaderisasi kaum mayoritas hingga (terpaksa) mencalonkan (maaf) botol-botol yang tidak dipoles dan dimarketisasi dengan baik.

Saya tidak tahu siapa kaum mayoritas, siapa kaum minoritas. Karena, memang roda zaman cepat sekali berubah posisi.

Nah, yang paling menyedihkan adalah itu merupakan isyarat Tuhan kalau kita memang belum dewasa. Kalau kita memang masih sangat kekanak-kanakan. 

Kita sendiri yang memutuskan secara mufakat. Saya ulang: secara mufakat, kita sendiri yang mengangkatnya. Dan, apakah kita sendiri juga yang akan mengkudetanya, secara mufakat juga?

Apakah kita akan meng-Gusdur-kan lembaga yang kita cintai ini? Seperti awal reformasi dulu. Kita sendiri yang sepakat secara mufakat memilih Gusdur, dan kita sendiri pula yang secara mufakat melengserkannya?

Semoga tidak.

International Financial Centre,
24 Agustus 2013, 10:10 AM

Sofiet Isa M. Setia Hati


Sumber gambar: googling dan editing :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Bukan) Aktivis Dakwah Kampus: Maulana, Maulana!

Tarbiyah Bukan PKS

Menuju Persatuan Gerak Gerakan Islam