“Maaf, dia gay”
Hari itu menjadi hari yang biasa bagiku. Merapikan data-data anggota, sembari merampungkan laporan akhir tahun. Oh ya, sekaligus menyelesaikan laporan kegiatan pelatihan kader tingkat akhir dua pekan lalu. Dan satu lagi, mencari referensi di dunia maya guna laporan praktikum yang kudu dikumpul lusa. “Duh, kok ya numpuk gini sih”, gumamku. Ya begitu lah, nasib akhir tahun. Semua tugas serasa baru bermunculan. Efek samping dari menunda. Dan akhirnya jurus maut harus dikeluarkan: kejar tayang. “Nikmati saja, bro”, begitu aku berbicara pada diriku sendiri yang mulai lelah. “Ganbatte kudasai”, aku menyemangati diriku. Padahal aku sendiri juga tak begitu paham artinya. Ah, siang itu menjadi siang yang sungguh sepi. Ya, maklum, pikirku. Siang bolong gini, biasa mahasiswa, kalau tak di dalam kelas ya berarti di atas kasur. Dan anggota Rohis juga mahasiswa biasa. Jadilah di sekretariat Rohis Universitas Madani hanya ada aku dan suara keyboard komputer yang beradu dengan suara bebe...